Kamis, 16 Juni 2011

Kecil ??


Rasa kepedulian (memberi perhatian) sangat erat dengan kepemimpinan, saya menggagap care dan leader bagaikan  pinang dibelah dua, artinya kedua hal tersebut sangatlah berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

aya berani mengatakan seperti itu,  setelah mengamati dan menelisik lebih dalam kebiasaan beberapa pemimpin besar di zamannya. Mungkin kita pernah dengar cerita Umar bin Khattab yang tiap malam keliling negerinya untuk melihat kondisi rakyatnya, atau mungkin pernah mendengar Sidharta Gautama yang rela keluar istana (kebiasaan langka yang dilakukan bangsawan ketika itu) untuk melihat kondisi real rakyatnya, bahkan setelah itu ia rela tak kembali ke rumah megahnya karena ingin merasakan bagaimana menjadi seorang rakyat jelata.

Masih banyak lagi kisah perhatian seorang pemimpin ke rakyatnya, seperti kisah Nabi Muhammad yang rela setiap pagi menyuapi makan seorang nenek tua, walapun ia selalu menghina dan menghujatnya, ataupun kisah seorang salah satu Presiden negara di Timur Tengah yang setiap pagi menyalami setiap pegawai istana yang ia temui. Dan ratusan kisah lainnya yang menggambarkan perbandingan linier antara pemimpin dan kepedulian, artinya semakin besar pemimpin seharusnya semakin memperhatikan hal-hal yang sangat kecil.


Saya menemui dua hal kecil kebiasaan seorang pemimpin besar yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni memanggil anak buahnya dengan namanya dan mengucapkan terima kasih. Ya, memang kedua hal itu sepele. Namun setelah saya telisik lebih dalam apa hubungannya memanggil nama seseorang dan ucapan terima kasih dengan loyalitas dan kesetian, saya menemukan bahwa kedua hal tersebut saling mempengaruhi.

Penelitian yang dipublikasikan di Psychological Science melihat efek ucapan terima kasih terhadap kekuatan komunal, tingkat tanggung jawab yang dirasakan seorang teman atau anak buah kepada yang lain. Dan hasilnya,  ucapan terima kasih menguatkan hubungan dan membuat orang percaya dan puas dengan orang yang mengucapkannya.

Selan itu, Hasil riset menunjukan, mengucapkan terima kasih, tak hanya membantu orang yang menerima ucapan itu, namun juga yang mengucapkannya. Ucapan itu juga mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam bersikap saat menjalani sebuah hubungan sosial.

Lalu bagaiamana dengan memanggil seseorang dengan namanya. Seorang psikolog besar, Daniel Carnegie berkata, nama seseorang bagi seseorang yang memiliki nama tersebut adalah kata-kata yang paling merdu dan indah di telinga orang tersebut.
Selain membuat orang lain senang, ada efek balik pada diri kita. Dengan memanggil nama tersebut, maka akan membuat hati kita nyaman untuk berbicara dengan orang tersebut dan sadar atau tidak maka orang tersebut akan cepat akrab dengan kita.

Terakhir, mengutip salah satu kalimat seorang guru besar pada zamannya, ketika muridnya bertanya: "Wahai Guru, berilah pesan kepadaku jika nanti aku menjadi orang besar?".
Dengan bijak sang guru menjawab, "Wahai anakku, sesungguhnya sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil, jangan lupakan itu". (es_panas)

Kangen !!!


Ia  bernama Abdul khamid, warga asli Pujon, salah satu kecamatan di Kabupaten Malang. Kesehariannya bekerja sebagai tukang potong rambut di salah satu stan buatan di sudut pasar baru Pujon. Ketika menikah 10 tahun lalu, ia berumur 30 tahun, tergolong telat untuk ukuran pemuda desa sepertinya.

 

Satu tahun ia menikah, ternyata ia belum dikarunia anak. Ia dan istrinya pergi ke dokter untuk memeriksakan kesuburan dia dan istrinya. Pak Khamid dikatakan subur, namun dokter yang memeriksa istrinya mengatakan, saluran tubavalopi sang istri yang befungsi sebagai jalan sel sperma ke indung sel telur tidak berfungsi. Si dokter menvonis bahwa hampir tidak mungkin pasangan ini mempunyai anak.

Ternyata, vonis dokter tidak membuat pak Khamid putus asa atau berpikir untuk menikah lagi. Selain karena cintanya ke istri, pak Khamid merasa belum memberikan usaha optimal. Beliau berusaha kesana kemari untuk berobat, mulai dukun, minta doa orang alim, bahkan berbagai saran yang diberikan keluarganya seperti minum obat ini, obat itu ia dilakukan. Namun, istrinya tetap tidak hamil.

Sampai suatu saat, pak Khalid ke Surabaya bersama sang istri. Ia bertemu dengan seorang saptam sebuah pabrik di Surabaya. Ia bercengkrama dengan saptam tersebut, satpam menceritakan mengenai keluarganya yang mempunyai nasib sama seperti keluarga pak Khamid. Satpam tersebut mengatakan, saudaranya berdoa melalui perantara sholat malam dan puasa senin kamis. Alhasil dengan perantara ibadah tersebut, keluarga tersebut dikaruniai keturunan.

Setelah mendengar cerita tersebut, pak Khalid dan istrinya mencoba melakukan seperti yang disarankan sang satpam. Alhasil, berkat rahmat Yang Maha Kuasa, akhir tahun 2009 istrinya hamil. Dan tepat pada usia pernikahan kesepuluh sekitar bulan April 2010, Istri pak Khamid melahirkan anak lelaki pertamanya. Anak yang ia tunggu selama 10 tahun.

Memang, itu hanya satu kisah dari sekian banyak kisah pengorbanan seorang yang benar-benar ikhlas. Saya kira, dari semua manusia, tidak ada yang lebih ikhlas dari orang tua kita. Tiga tahun lalu, ketika saya hendak meninggalkan rumah untuk merantau ke kampus ini. Pesan perpisahan yang diungkapkan ibu saya bukanlah ''Cepat lulus ya lhe ndang cari duit'' atau ''Nanti kalau lulus, ndang cari kerja dimana''. Namun beliau berkata ''Jangan lupa makan lhe''.

Ada sebuah cerita menarik mengenai pohon apel yang mungkin sering kita dengar. Ada sebuah pohon apel yang hidup bersama anak lelaki yang senang bermain di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya dan tidur di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel.

Ketika besar ia meminta pohon apel memberikan buahnya untuk ditukar mainan, pohon apel memberikan dengan senang hati karena lama tidak jumpa. Namun setelah itu ia pergi. Ketika anak itu tumbuh dewasa ia kembali, pohon apel sangat senang. Kemudian, anak dewasa itu meminta dahan ranting untuk membangun rumah bersama keluarganya, pohon apel itu tetap memberikan apa yang dimintanya. Namun sang anak kembali meninggalkan dan membuat pohon apel kembali sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel bersuka cita. Namun si anak terlihat sedih dan kemudian ia meminta batang pohon untuk dibuat kapal supaya dapat berlibur. Lagi-lagi pohon apel itu memberikan dengan senang hati. Dan setelah itu anak itu berlayar dan meningglkan si pohon apel.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. ''Maaf anakku, aku sudah tak memiliki buah apel, ranting atau batang pohon lagi untukmu," kata pohon apel itu.

''Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang, aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu,'' kata anak lelaki.

''Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang,'' ujar Pohon Apel.

Anak lelaki itupun berbaring, pohon apel sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata.

Ya, itulah orang tua kita.

Jadwal hari ini: telpon orang tua (es_panas)

Selasa, 07 Juni 2011

“Care”, Kunci Kepemimpinan


Rasa kepedulian sangat erat dengan kepemimpinan, saya menggagap care dan kepemimpinan bagaikan sebuah  pinang dibelah dua, artinya kedua hal tersebut sangatlah berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Saya berani mengatakan seperti itu karena  saya mengalami sendiri, seorang pemimpin setidaknya harus mempunyai rasa peduli yang tinggi jika ingin kepemimpinannya sukses. rasa peduli tersebut terutama kepada anak buahnya. Pemimpin harus bisa menempatkan posisi dirinya dimana dan saat kapan ia berada.

Pemimpin bukanlah tukang perintah, seorang pemimpin sebelum mendelegasikan tugas atau meminta anak buahnya melakukan perintahnya. Maka ia harus bisa memposisikan sebagai anak buah tersebut, minimal ia membayangkan bagaimana kalau ia seandainya menjadi anak buah dan diperlakukan seperti hal itu oleh pemimpinya.

Pemimpin juga bukan orang  harus dilayani saja, malah pemimpin itu melayani. seperti Umar bin Khattab yang rela mengantarkan gandum kepada rakyatnya ketika rakyatnya kelaparan, ataupun seperti Rasulullah SAW yang rela menyuapi makan rakyatnya setiap pagi walaupun saat itu juga Rasulullah SAW dihina dan caci maki oleh rakyat tersebut.


Intinya, pemimpin adalah amanah dan akan diminta pertanggung kawaban suatu saat nanti. Jika kita ingin jadi pemimpin, maka satu-satunya pemimpin yang patut dicontoh adalah Muhammad SAW. (rik)

Senin, 06 Juni 2011

Sholat, Media Pembentuk Karakter Muslim

Saat ini, pemerintah melalui kementerian pendidikan nasioanal sedang menggembar gemborkan pendidikan berkarakter. Namun, tahukah kita bahwa pembentukan karakter seorang manusia sebenarnya sudah tercantum secara implisit pada sebuah sholat, ibadah wajib yang dilakukan secara rutin umat muslim di seluruh dunia.
Shalat merupakan sarana untuk bermesraan kepada Allah SWT, melalui shalat seorang hamba dapat hubungan langsung dengan Penciptanya. Selain itu, terdapat urgensi sholat yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar. 

Namun, banyak orang sholat tetapi tidak mendapatkan nikmat dan hikmah sholat.  Lalu kenapa orang yang sholat namun seakan-akan tidak sholat, manurut buku berjudul shalat for character building yang dibedah oleh Akhi Edi pada kesempatan lalu. Ada beberapa sebab, sehingga seorang tidak menikmati ibadah sholat, seperti salah niat dan salah dalam melalukan rukun shalat.

Hal ini sebenarnya sebenarnya data dihindari jika seorang muslim mengetahui esensi setiap rukun pada sholat. Dan ada beberapa akhlak dalam shalat sangat berhubungan dengan kehidupan sehari hari yaitu pembentukan karakter sehari-hari yang diminiaturkan dalam sholat. Yaitu, beberapa akhlak dalam sholat.

Pertama akhlak niat, niat mengandung arti bahwa semua tujuan kita hanya untuk mencari ridhoNYA. Apabila seorang muslim mengetahui makna ini, maka sikap keputusasaan tidak aka nada dan yang ada hanyalah semangat untuk mempersembahkan yang terbaik kepadaNYA. Selain itu, seorang muslim dituntut untuk menjaga niat dalam kehidupan sehari-hari. Dan sekali lagi, niat kita hanya untuk mencari RidhoNYA.

Kemudian akhlak takbiratul ikhram, mempunyai makna bahwa Allah lah yang maha besar, maka dengan mangakui dan memaknai hal ini, sifat sombong kita seharusnya bisa dikikis, dan yang muncul adalah sifat tawadhu’ karena tahu bahwa dirinya bukan apa-apa. 


Ketiga akhlak membaca surah Alfatihah, surah Alfatihaah yang berarti pembukaan mengandung intisari dalam AlQuran. Surah ini mengandung makna luas dan menyangkup keseluruhan, serta mengandung akidah islam yang sangat global. Konsep secara umum dan mencakup segenap rasa dan paham. Sehingga apabila kita memahami bahwa sebenarnya islamlah agama terkomplit didunia yang pernah ada, islam bukan hanya agama ritualis. Namun semua permasalahan yang ada dalam kehidupa sehari-hari dapat diselesaikan melalui islam.

Serta ada makna lain yang juga penting , yaitu membaca basmallah di awal surah, ini mengandung arti bahwa dalam setiap kegiatan hidup kita hendaknya dimulai dengan membaca basmallah dan mengingat Allah SWT.

Keempat Akhlak ruku’, ruku-merupakan momen untuk mengingat Allah SWT, disinilah seorang hamba mangakui kesucian Rabbnya. Ruku’ mempunyai makna bahwa setiap aktivitas kita selalu diawasi olehNya. Sehingga, seyogyanya kita selalu mengingatNya dalam kondisi apapun, berdiri, bangun, sujud, berjalan dan dalam kondisi senang maupun sedih.

Selanjutnya akhlak I’tidal, mempunyai makna sangat dalam yaitu kita harus lebih banyak mendengar, namun juga selektif. Disinilah hakikat seorang manusia, manusia bijak akan lebih banyak mendengar, serta ia juga pandai memilah-milah mana yang kita pakai dan mana yang cukup kita dengarkan saja.

Akhlak sujud, mempunyai makna kehambaan hamba kepada Rabb nya. Dengan sujud orang akan menjauhi sifat takabbur, dan sebagai gantinya adalah menanamkan jiwa rendah hati serta mengakui bahwa ia bukan apa-apa. Disinikah semua manusia entah itu presiden sampai kuli tidak ada apa-apanya di dadapan Allah SWT. namun yang membedakan hanya pada keimanan dan ketaqwaan mereka.

Ketujuh akhlak duduk diantara dua sujud, mempunyai makna bahwa berdoa adalah salah satu cara kita berkomunikasi kepada Allah SWT. Didalam doa tersebut, kita meminta keselamatan, kesejahteran dan lainnya kepada Allah SWT. Ini menandakan kita harus berdoa kepada Allah,  serta juga mempunyai makna bahwa kita harus berkomunikasi dengan orang lain, karena fitrah manusia yang tidak bisa hidup sendiri.

Kedelapan akhlak tasyahud awal, disini kita mengatahui bahwa Allah SWT akan membalas semua perbuatan manusia baik itu besar maupun kecil. Dan dampaknya bagi diri kita adalah merasa selalu diawasi dan setiap perbuatan kita akan jauh dari sia-sia dan maksiat.

Kemudian akhlak Tasyahud akhir, disini kita bersalawat kepada Rasullulah, sebagai seorang muslim kita dituntut untuk meneladani rasululah. Karena hanya baliaulah yang patas dan patut kita teladani dari semua teladan kehidupan yang pernah ada.

Dan terakhir adalah Akhlak salam, mempunyai makna bahwa kita harus menjadi pribadi yang salam. Kesejahteraan bagi seluruh umat serta menjadi manusia yang bermafaat bagi umat. (rik)


Terinspirasi dari diskusi dalam bedah buku berjudul “Shalat for Character Building”