Rabu, 03 Agustus 2011

Menelisik “Ramadhan sebagai Kampus Kehidupan”


Dalam salah satu harian surat kabar beberapa waktu lalu,  Pak Nuh, sapaan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia, Prof Dr Ir Mumahad Nuh DEA, mengatakan bahwa ramadhan adalah kampus kehidupan. Layaknya kampus, pasti ada dosen, mahasiswa dan mata kuliah.


Lalu yang menjadi dosen dan mahasiswa siapa? serta apa mata kuliahnya?. Dalam penjelasan singkatnya, putra pemilik Pondok Pesantren di daerah Surabaya Selatan ini menyebutkan bahwa kita sendirilah yang menjadi dosen dan kita sendirilah yang menjadi mahasiswa. Lalu apa mata kuliahnya, Pak Nuh menuliskan yang menjadi mata kuliah adalah semua hal yang dapat menata hati dan akhlak kita, sehingga menjadi pribadi yang santun dan teladan.

Menurut saya, ada beberapa pesan tersirat dalam tulisan singkat beliau. Pertama, kita diajak menerapkan prinsip take dan give . Sebagai dosen, kita akan memberi ilmu dan sebagai mahasiswa kita akan menerima ilmu. Namun dalam tulisannya tersebut, kita diminta menjadi dosen sekaligus mahasiswa dalam kampus kemidupan ini.  Artinya, kita tidak hanya diajak untuk memberi atau menerima saja, namun kita diajak melakukan dua hal sekaligus, ada saatnya memberi dan ada kalanya juga menerima.

Kedua, kita diajak bersama-sama untuk menanggalkan semua “baju”, artinya apa, kita diminta untuk melihat sesuatu dari sisi berbeda, dan untuk konteks kali ini saya menangkap bahwa kita diajak menerima (dalam hal ini ilmu dan nasehat) tidak melihat dari siapa yang memberi atau mengatakan, namun lebih melihat dari sisi isinya. Beliau menegaskan, tidak selamanya dosen benar dan tidak selamanya mahasiswa juga salah. Namun siapapun yang benar,kita harus menerima dengan lapang dada. 

Ketiga, kita diajak untuk lebih banyak mendengar dan mengevaluasi dalam bulan ramadhan ini. Lebih banyak mendengar artinya kita diajak berusaha menghormati semua orang tanpa pandang bulu, mendengarkan dengan seksama dan antusias dengan siapun lawan bicara kita. Dan evalusi diri, saya menangkap, setelah memberi, menerima, mendengar atau melakukan amalan. Kita diajak evalusi apakah kita melakukannya hanya karena Allah SWT atau ada niat lain yang hanya kita dan Allah SWT yang tahu.
Sebenarnya saya kurang sepakat dengan penggunaan kata kampus dalam  ramadhan sebagai kampus kehidupan yang dipakai Pak Nuh pada tulisannya. Saya menganggap lebih cocok, menggunakan istilah  Ramadhan sebagai kursus kehidupan. Kenapa? bulan ramadhan hanya salah satu bulan dari 12 bulan hijriah maupun masehi dalam satu tahun hitungan skala waktu.

Ramadhan biasanya menjadi sarana mencharge iman dan amal kita, mungkin karena berkah bulan ramadhan atau hidayat Allah SWT ke hamba-hambanya. Ketika bulan ramadhan semua orang tiba-tiba mendadak alim, yang biasanya tidak pernah sholat di masjid, bulan ramadhan sholat di masjid, yang biasanya mengeluarkan Rp 1000 saja untuk shodaqoh beratnya bukan main, namun ketika ramadhan Rp 100000 menjadi sangat enteng.

Ketika ramadhan dibuat bulan kursus dan bulan selanjutnya diibaratkan bulan praktek.  Maka kesenjangan amal dan ibadah antara bulan ramadhan tidak akan terlalu jauh. Dan yang pertama yang menurut saya yang harus kita lakukan adalah mengubah presepsi kita, bulan ramadhan adalah bulan latihan, dan bulan-bulan selanjutya adalah bulan perlombaan. InsyaAllah, kalau presepsi dan main set kita sudah tertanamankan bahwa bulan ramadhan hanya bulan latihan atau kursus dan bulan selanjutnya adalah perlombaannya, maka keistiqomahan pasca ramadhan bukan hanya di ujung lidah saja. Wallahualam.

Senin, 01 Agustus 2011

Melihat lebih dalam “Kata Mereka”



Tahun ini, kelihatannya dinamika mahasiswa kampus ITS sedikit berbeda. Dan yang paling penuh tantangan, penuh controversial, penuh keringat dan mungkin paling penuh menguras uang rakyat, ya, yang namanya musyawarah besar 4. Saya tidak tahu, apakah mubes 4 ini akan menjadi berkah atau musibah buat saya, buat ormawa, buat dakwah di ITS atau buat orang segelintir nan jauh disana. Tapi saya yakin, bismillah… semoga mubes ini menjadi barakah dan manfaat untuk semua.

Saya tidak mau panjang lebar mengenai mubes, namun saya ingin mencoba lebih dalam mencari bukti dan fakta serta menganalisa perkataan yang katanya “teman saya” mengenai wajihah dakwah yang saya cintai, sebut saja dengan Jambu atau disingkat J.

Saya berdiskusi dengan salah satu sesama pejuang di J, ia sudah termasuk salah satu top leader di J, tapi melihat back gound dan track recordnya saya tahu mengapa ia berpikir dan berpandangan seperti itu. Saya suka dengan cara pandangnya yang terbuka daripada temen-temen yang lain, namun kadang-kadang si dia ini sering kelewatan dan melampaui batas.

Oya kok jadi ngomongin orang, maaf ya.. haha.. ia berkata seperti ini “ Saat ini kita harus membuka mata, membuka hati, membuka telinga terhadap luar, lihat tuh J dihancurin dan diremehin ketika forum bersama mahasiswa seperti musma dan tahu kemerin ketika mubes, J dihancurin, tahu gak?, tidak pernah saya temui satupun anak J ketika ikut musma….”, itulah sedikit kata-katanya. lalu saya Tanya, lah bukannya anda anak J, kok katanya disana ketika musma gak ada?, apakah anda jadi anak J ketika di masjid saja, hmhm…. ia diam.

Selanjutnya, saya bertemu dengan salah satu tokoh kampus, bisa dibilang ia merupakan tokoh utama epidode mubes ini, seperti main film ja… ha3x…… oya ia juga satu perjuangan dengan saya ngakunya, haha… namun dalam bingkai yang berbeda.

Ia berkata seperti ini, “Kalian harus melek politik, tahu kemerin J ketika mubes, J menjadi bidikan semua orang dan mau dihancurin, namun anda tahu. orang J yang jadi wakil anda, kasian melihatnya,………blabla…..”. cukup ya, tidak saya lanjutkan ungkapannya.

Saya ambil 2 sample itu untuk mewakili temen2 yang katanya”siyasi” dalam wajihah dakwah ini. Sebelumnya, saya ber Tanya ke ke tokoh kampus tuh, “ o gtu mas, lalu ketika J jadi sasaran dan hantaman semua temen2 siyasi kemana, kita kan Cuma ada satu wakil kita, itulan bliau adalah mantan pengurus JMMI, apakah ketika sidang itu,merasa terpojokan, kemana temen2 (siyasi), kan disana bnayk temn2 siyasi?, apakah Cuma melihat?”

Yah , saya yang tidak tahu kondisi dsana ketika itu dengan begoknya Tanya seperti tu, jawabnya gini, “Kondisi disana beda, kita tidak……blabla…………………..,”. cukuplah, orang politik memang suka ngomnong ya… hahaha… ya iyalah, kalo gak suka ngomong gak kan jadi politikus, hahaha…

Sebenarnya perntanyaan saya singkat, ketika moment itu, “kemana saudara2 kita yang lain,?’.
saat itu kita butuh bantuan meraka, karena kondisnya yang memaksi kita butuh bantuan mereka,.

kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika disana, oleh karena itu kita mengharapkan bantuan temen2 wajihah yang paham tentang ini, dan saya setuju kalau anak2 J harus melek politik, karena itu urgent dan hal itu wajib. tahu semua kan manfaatnya?...

oya, kenapa ketika mubes kita tidak bisa berbuat banyak dan berharap pada temen siyasi, menurut peraturan , kita hanya diperbolehkan satu orang wakil. tidak lebih.Dan wakil J juga mantan pengurus karena semua pengurus KP dan ada masalah di dalam yang tidak bisa ditinggal karena terbentur berbagai deadline birokrasi dan waktu habis.

memang wawasan sebagian besarorang J dalam berpolitikan kurang, ya.. menurut saya wajar, karena setiap hari yang digeluti bukan politik, beda kalau ranah wajiahah yang bener politik seperti eksekutif. Namun saya juga sepakat, anak-anak J juga harus tahu mengenai politik.

Sama seperti anak eksekuitif juga harus mentoring, juga harus datang kajian dan juga harus ikut mabit. Saya tidak berharap, eksekutif yang dipegang saudara-saudara kita seperti salah satu ormek islam yang kehilangan jati diri keislamannya, sehingga semua orang meragukan embel-embel kata islam di belakang namanya.
Sekarang bukan saatnya saling menyalahkan, kita harus evalusi diri. Yang siyasi jangan menyalahkan J dan J jangan menyalahkan siyasi. Dan masalah utama hanya ada di komunikasi untuk kedua pihak.

Kita semua saling membutuhkan, JMMI saat ini membutuhkan siyasi untuk membantu di mubes ini karena yang paham benar mengenai ini ya temen2 siyasi, kerena sudah menjadi maknanya. Sama seperti pemira, temen2 siyasi juga butuj J untuk dompet masa dan yang lainnya..

saya kira udah pas.. temen2 siyasi bantu J dan temen J bantu siyasi dalam hal berbeda, karena setiap wajihah memang punya spesifikasi masing-masing, kita tidak bisa terlalu memaksakan temen2 siyasi menjadi ustad, kita juga tidak bisa memaksakan temen2 J menjadi polotikus handal. semua ada ranahnya.. tapi ya tetep semuahnya harus paham , walapun gak se ekspert oarng di bidangnya.

Itulah fungsi jamaah, saling melengkapi dan mengingatkan.

dan ini…. kita camkan baik2…
I
ngat kita adalah satu jamaah, jangan sampai pihak ketigA yang di untungkan karena permasalah kita..
Sekarang bukan saatnya melanyalahkan,
saatnya kita bersatu…

Bismillah, teman2 siyasi dan J harus banyak berkomunikasi.
Temen2 J harus mulai membuka diri dengan politik
Temen2 siyasi harus konsisten dengan dakwahnya, missal seperti jangan sampai ada 4 jenis kelamin di dunia gara-gara ketidak konsistensi kita…

Kita semua saling mengingatka ,
belum tentu anak J selalu wawasan gamanya selalu baik dan juga belum tentu anak siyasi paham poltiknya selalu benar…
semua saling mengingatkan..
mari berlomba-lomba dalam kebaikan
selamat ramadhan

mohon maaf jika kepada siapapun yang meras terakiti karena tulisan ini.
jazakumullah..
NB: tulisan curhat gaya bebas. presepsi saya pribadi, mohon diluruskan yak lo menyimpang.
Trimkasih.

7.00, Senin 25 Juli 2011
Tulisan dan pandangan pribadi,