Jumat, 24 Februari 2012

Pilih Mana?

Tulisan ini pernah dimuat di http://its.ac.id/berita.php?nomer=8394

Pemuda keren, tampan, pintar dan ramah itu bernama Paijo, asli Surabaya. Suatu ketika ia hendak berkunjung ke saudaranya di Jakarta dengan menggunakan pesawat. Dalam perjalanan, ia mendapat jatah tempat duduk di samping ibu tua berumur 60 tahunan.

Jiwa ingin tahunya ternyata mengalahkan rasa malunya. Dalam perjalanan tersebut, dengan santai ia bertanya ke ibu disampingnya. Pertama ia malu, namun beberapa saat kemudian situasi berlangsung cair.

''Mau kenapa ibu?,'' tanya Paijo dengan ramah.
''Ke Singapura dik, tapi transit dulu di bandara Soekarno Hatta,'' jawab sang ibu.
''Ke Singapura ada acara apa bu? kok sendirian?,'' kata Paijo penasaran.
''Ke rumah anak,'' jawab sang ibu.

Setelah itu, perbincangan berlangsung akrab, Ibu tersebut menceritakan ke Paijo bahwa salah satu anaknya menjadi dosen di Singapura, dan kesanalah ia hendak berkunjung. Ia juga menceritakan bahwa saat  ini ia mempunyai empat orang putra dan suaminya telah meninggal 20 tahun lalu.

Karena Paijo terus bertanya, akhirnya ibu  tersebut menceritakan keberadaan semua anaknya. Anak yang kedua saat ini menjadi dokter di salah satu rumah sakit terbesar di Surabaya. Anak keduanya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia dan anak terakhir adalah dosen di perguruan tinggi di Singapura tersebut.

Paijo merasa ada yang janggal, kenapa anak pertamanya tidak disebutkan. Karena jiwa ingin tahunya yang besar, Paijo menanyakan keberadaan anak pertama sang ibu. ''Oh ya bu, lalu anak ibu yang pertama dimana sekarang,'' tanyanya.

Sang ibu tidak langsung menjawab, ia diam sejanak sambil matanya menerawang ke langit-langit pesawat. Kemudian sambil terseyum tipis sang ibu berkata, ''Ada dik, ia seorang petani mungkin sekarang sedang berada sawahnya,'' jawab sang ibu.

Melihat jawaban tersebut Paijo meminta maaf kepada sang ibu jika pertanyaanya membuat ibu tersebut sedih. Namun dengan nada tegas ibu tersebut berkata, ''Tidak apa dik, saya tidak sedih, malah saya merasa paling bangga pada anak pertama saya tersebut,'' tegas sang ibu.

Kemudian sang ibu menceritakan, sejak suaminya meninggal. Tulang punggung keluarga diambil alih oleh anak pertama. Ia melanjutkan merawat sawah peninggalan ayahnya. Dan dari keringat si anak pertama tersebut, sang ibu dapat membiayai anak-anaknya yang lain sampai lulus perguruan tinggi dan menjadi seorang sarjana.

Tidak dipungikiri, kesuksesan ketiga adiknya tersebut tidak lepas dari banting tulang si anak pertama yang kini tetap menjadi seorang petani.  Dan kisah tersebut adalah sebuah kisah nyata yang diceritakan teman saya ketika diskusi mingguan.

Hampir semua orang yang pernah saya tanya menganai cita-citanya kedepan, mereka menjawab ingin sukses, ingin menjadi juara ini dan itu, ingin jadi pengusaha atau bahkan ada yang ingin jadi Presiden. Tidak salah itu semua, dan memang benar.

Suatu hari ada teman saya bercerita, ada tiga macam kata yang menjadi tujuan seseorang yakni juara, sukses dan kebermanfaatan. Ketiga kata tersebut beririsan namun antara satu dengan yang lain mempunyai makna realita yang berbeda. Mana yang akan kita utamakan?

Kita bisa menjadi juara, namun dalam kondisi nyata banyak seorang juara yang tidak sukses dan tidak memberi kebermanfaatan. Karya-karya juaranya hanya dimuseumkan hingga waktu membuat orang lain lupa. Kita bisa juga  sukses, namun banyak orang sukses yang hanya untuk dirinya sendiri. Boro-boro memberi manfaat orang lain, malah membuat orang lain susah.

Mark Zuckerberg,  founder dan pendiri dari Facebook yang sekarang menjadi miliarder termuda di Amerika bahkan di dunia. Tahukah kita, Facebook sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Sebagai mahasiswa Harvard University, ia saat itu mencoba membuat satu program yang bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya.

Karena itulah, nama situs yang digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada sejumlah kampus dan sekolah di Amerika Serikat, buku ini diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.

Intinya, misi awal Mark bukanlah menjadi sorang milyader ataupun menjadi seorang juara kompetisi. Ia hanya ingin memberikan manfaat ke orang sekitarnya supaya dapat berhubungan tanpa ketemu secara langsung.

Sekarang tinggal kita, mau pilih yang mana, seorang juara, seorang sukses atau seorang yang bermanfaat? Semua pilihan ada ditangan kita.

Akhirnya, seperti  istana megah tanpa penghuni, apapun kita, apakah itu tukang sapu, mahasiswa biasa, juara olimpiade, mahasiswa beprestasi, pimpinan organisasi mahasiswa, Rektor atau bahkan Presidenpun akan terasa sia-sia jika hanya menjadi kebanggaan diri sendiri tanpa bisa memberi kemanfaatan pada orang lain.

Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan jejak.
Jejak langkah kaki
Jejak langkah mimpi
Jejak langkah setiap sisa yang kita tinggalkan


*) terinspirasi setelah  diskusi dengan penulis buku ''Kuliah atau Kuli Yah?''  Satria Nova 

Nomor 1

Tulisan ini pernah dimuat di http://its.ac.id/berita.php?nomer=8404

Ada apa dengan nomor 1? Gara-gara nomor itu rasa malu hampir kehilangan rasanya, rasa kasih hampir tiada, sayang bisa jadi benci dan bahkan  kawan bisa menjadi lawan. Sehebat itukah nomor 1?

Namun, gara-gara nomor 1 juga, perpecahan bisa menjadi persatuan, kebencian bisa menjadi kasih sayang dan juga lawan bisa menjadi kawan. Memang nomor tersebut ibarat magnet yang membuat semua orang tertarik kepadanya. Yang pasti, tertarik pasti ada sebabnya, yakni gaya tarik itu sendiri.

Seperti huruf, banyak orang setuju bahwa huruf memiliki arti bahkan doa. Itulah sebabnya tak salah jika sering muncul ungkapan ''Nama adalah Doa''. Lalu bagaimana dengan nomor?

Memang bagi sebagian orang, nomor tidak bermakna apapun. Namun, dalam dunia Feng Shui, salah satu aliran spiritual di China, nomor 1 memiliki makna yang khusus dan memiliki pengaruh dalam kehidupan kita.

Menurut aliran tersebut, nomor 1 disebut bintang uang atau nomor yang selalu menguntungkan. 1 juga berarti nomor air yang bisa diartikan sebagai uang.

Dalam masyarakat jawapun, nomor 1 memiliki makna yang dalam. Anak pertama pada masyarakat jawa disebut anak sulung dan orang jawa sangat menaruh harapan besar pada anak sulung ini. Selain itu, nomer 1 dalam masyarakat jawa melambangkan  sifat matahari, ego, bijaksana, pemimpin, pioner dan ide.

Lepas dari semua itu, nomor 1 ibarat magnet, seperti uraian sebelumnya. Semua orang berebut untuk men
dapatkan nomor itu. Entah apa motivasinya, semua dari kita pasti ingin menjadi nomor 1. Tidak ada yang mau dinomorduakan, apalagi dinomortigakan.

Nomor 1 memang sakral.

Hakekatnya, setiap diri kita adalah nomor 1. Apakah itu nomor 1-nya diri sendiri, nomor 1-nya  kelompok bakkan sampai nomor 1 dalam skala besar. Seperti nomor 1-nya  komunitas masyarakat. Namun, yang penting dari semua itu, kenomorsatuan kita akan diminta pertangung jawaban.

Kalau katanya Ki Hajar Dewantara atau biasa dikenal KHD memberi pesan bahwa hakekat nomor 1 itu ada tiga yang kemudian beliau tulis dalam bahasa Jawa. Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Intinya,  si nomor 1 harus memiliki ketiga karekter ini jika ingin benar-benar menjadi teladan. Bukankah nomor 1 teladannya nomor-nomor selanjutnya?

Sekarang, kita coba terjemahkan arti nomor 1 menurut KHD itu. Pertama,  Ing Ngarso Sun Tulodo. Ing ngarso artinya  didepan, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi kalau kita pahami dari arti bahasanya, makna Ing Ngarso Sun Tulodo mengandung arti yang di depan harus mampu memberikan tauladan bagi orang-orang disekitarnya.

Kedua, Ing Madyo Mbangun Karso. Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangun atau membangkitkan dan Karso mengandung arti  kemauan atau niat. Jadi kalau digabung, seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangun atau membangkitkan semangat dan memberikan motivasi.

Ketiga, Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga kalau digabung, Tut Wuri Handayani ialah seseorang yang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Jadi secara tersirat Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani berarti figur seseorang yang komplit. Disamping menjadi panutan, juga harus mampu jadi penggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang-orang disekitarnya dapat merasakan situasi yang baik dan bersahabat .

Semoga, apapun kita, ketika nomor 1 singgah pada kita. Agar warisan pendahulu kita tidak hanya menjadi simbol belaka.

Akhirnya, setiap nomor 1 yang kita pegang, suatu saat nanti pasti lepas juga. Dan setelah itu tinggal meminta LPJ-an (Laporan Pertanggung Jawaban,red), kan? Entah itu saat ini, nanti atau bahkan suatu saat nanti yang kita tidak tahu kapan.

Seperti barang titipan, yang punya akan mengambil kembali
Minimal, kata tanya ''untuk apa'' akan hinggap pada diri yang dititipi ini

Wong Tuwo

Tulisan ini pernah dimuat di http://its.ac.id/berita.php?nomer=8673

Ia  bernama Abdul khamid, warga asli Pujon, salah satu kecamatan di Kabupaten Malang. Kesehariannya bekerja sebagai tukang potong rambut di salah satu stan buatan di sudut pasar baru Pujon. Ketika menikah 10 tahun lalu, ia berumur 30 tahun, tergolong telat untuk ukuran pemuda desa sepertinya.

Satu tahun ia menikah, ternyata ia belum dikarunia anak. Ia dan istrinya pergi ke dokter untuk memeriksakan kesuburan dia dan istrinya. Pak Khamid dikatakan subur, namun dokter yang memeriksa istrinya mengatakan, saluran tubavalopi sang istri yang befungsi sebagai jalan sel sperma ke indung sel telur tidak berfungsi. Si dokter menvonis bahwa hampir tidak mungkin pasangan ini mempunyai anak.

Ternyata, vonis dokter tidak membuat pak Khamid putus asa atau berpikir untuk menikah lagi. Selain karena cintanya ke istri, pak Khamid merasa belum memberikan usaha optimal. Beliau berusaha kesana kemari untuk berobat, mulai dukun, minta doa orang alim, bahkan berbagai saran yang diberikan keluarganya seperti minum obat ini, obat itu ia dilakukan. Namun, istrinya tetap tidak hamil.

Sampai suatu saat, pak Khalid ke Surabaya bersama sang istri. Ia bertemu dengan seorang saptam sebuah pabrik di Surabaya. Ia bercengkrama dengan saptam tersebut, satpam menceritakan mengenai keluarganya yang mempunyai nasib sama seperti keluarga pak Khamid. Satpam tersebut mengatakan, saudaranya berdoa melalui perantara sholat malam dan puasa senin kamis. Alhasil dengan perantara ibadah tersebut, keluarga tersebut dikaruniai keturunan.

Setelah mendengar cerita tersebut, pak Khalid dan istrinya mencoba melakukan seperti yang disarankan sang satpam. Alhasil, berkat rahmat Yang Maha Kuasa, akhir tahun 2009 istrinya hamil. Dan tepat pada usia pernikahan kesepuluh sekitar bulan April 2010, Istri pak Khamid melahirkan anak lelaki pertamanya. Anak yang ia tunggu selama 10 tahun.

Memang, itu hanya satu kisah dari sekian banyak kisah pengorbanan seorang yang benar-benar ikhlas. Saya kira, dari semua manusia, tidak ada yang lebih ikhlas dari orang tua kita. Tiga tahun lalu, ketika saya hendak meninggalkan rumah untuk merantau ke kampus ini. Pesan perpisahan yang diungkapkan ibu saya bukanlah ''Cepat lulus ya lhe ndang cari duit'' atau ''Nanti kalau lulus, ndang cari kerja dimana''. Namun beliau berkata ''Jangan lupa makan lhe''.

Ada sebuah cerita menarik mengenai pohon apel yang mungkin sering kita dengar. Ada sebuah pohon apel yang hidup bersama anak lelaki yang senang bermain di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya dan tidur di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel.

Ketika besar ia meminta pohon apel memberikan buahnya untuk ditukar mainan, pohon apel memberikan dengan senang hati karena lama tidak jumpa. Namun setelah itu ia pergi. Ketika anak itu tumbuh dewasa ia kembali, pohon apel sangat senang. Kemudian, anak dewasa itu meminta dahan ranting untuk membangun rumah bersama keluarganya, pohon apel itu tetap memberikan apa yang dimintanya. Namun sang anak kembali meninggalkan dan membuat pohon apel kembali sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel bersuka cita. Namun si anak terlihat sedih dan kemudian ia meminta batang pohon untuk dibuat kapal supaya dapat berlibur. Lagi-lagi pohon apel itu memberikan dengan senang hati. Dan setelah itu anak itu berlayar dan meningglkan si pohon apel.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. ''Maaf anakku, aku sudah tak memiliki buah apel, ranting atau batang pohon lagi untukmu," kata pohon apel itu.

''Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang, aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu,'' kata anak lelaki.

''Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang,'' ujar Pohon Apel.

Anak lelaki itupun berbaring, pohon apel sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata.

Ya, itulah orang tua kita.

Jadwal hari ini: telpon orang tua 

Care

Tulisan ini pernah dimuat di http://its.ac.id/berita.php?nomer=8713

Rasa kepedulian (memberi perhatian) sangat erat dengan kepemimpinan, saya menggagap care dan leader bagaikan  pinang dibelah dua, artinya kedua hal tersebut sangatlah berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Saya berani mengatakan seperti itu,  setelah mengamati dan menelisik lebih dalam kebiasaan beberapa pemimpin besar di zamannya. Mungkin kita pernah dengar cerita Umar bin Khattab yang tiap malam keliling negerinya untuk melihat kondisi rakyatnya, atau mungkin pernah mendengar Sidharta Gautama yang rela keluar istana (kebiasaan langka yang dilakukan bangsawan ketika itu) untuk melihat kondisi real rakyatnya, bahkan setelah itu ia rela tak kembali ke rumah megahnya karena ingin merasakan bagaimana menjadi seorang rakyat jelata.

Masih banyak lagi kisah perhatian seorang pemimpin ke rakyatnya, seperti kisah Nabi Muhammad yang rela setiap pagi menyuapi makan seorang nenek tua, walapun ia selalu menghina dan menghujatnya, ataupun kisah seorang salah satu Presiden negara di Timur Tengah yang setiap pagi menyalami setiap pegawai istana yang ia temui. Dan ratusan kisah lainnya yang menggambarkan perbandingan linier antara pemimpin dan kepedulian, artinya semakin besar pemimpin seharusnya semakin memperhatikan hal-hal yang sangat kecil.

Saya menemui dua hal kecil kebiasaan seorang pemimpin besar yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni memanggil anak buahnya dengan namanya dan mengucapkan terima kasih. Ya, memang kedua hal itu sepele. Namun setelah saya telisik lebih dalam apa hubungannya memanggil nama seseorang dan ucapan terima kasih dengan loyalitas dan kesetian, saya menemukan bahwa kedua hal tersebut saling mempengaruhi.

Penelitian yang dipublikasikan di Psychological Science melihat efek ucapan terima kasih terhadap kekuatan komunal, tingkat tanggung jawab yang dirasakan seorang teman atau anak buah kepada yang lain. Dan hasilnya,  ucapan terima kasih menguatkan hubungan dan membuat orang percaya dan puas dengan orang yang mengucapkannya.

Selan itu, Hasil riset menunjukan, mengucapkan terima kasih, tak hanya membantu orang yang menerima ucapan itu, namun juga yang mengucapkannya. Ucapan itu juga mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam bersikap saat menjalani sebuah hubungan sosial.

Lalu bagaiamana dengan memanggil seseorang dengan namanya. Seorang psikolog besar, Daniel Carnegie berkata, nama seseorang bagi seseorang yang memiliki nama tersebut adalah kata-kata yang paling merdu dan indah di telinga orang tersebut.
 
Selain membuat orang lain senang, ada efek balik pada diri kita. Dengan memanggil nama tersebut, maka akan membuat hati kita nyaman untuk berbicara dengan orang tersebut dan sadar atau tidak maka orang tersebut akan cepat akrab dengan kita.

Terakhir, mengutip salah satu kalimat seorang guru besar pada zamannya, ketika muridnya bertanya; ''Wahai Guru, berilah pesan kepadaku jika nanti aku menjadi orang besar?.''

Dengan bijak sang guru menjawab, ''Wahai anakku, sesungguhnya sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil, jangan lupakan itu''.

Ramadhan Oh Ramadhan

tulisan ini pernah dimuat di http://its.ac.id/berita.php?nomer=8862

Dalam salah satu harian surat kabar nasional beberapa waktu lalu.  Pak Nuh, sapaan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia, Prof Dr Ir Mumahad Nuh DEA, mengatakan bahwa Ramadhan adalah kampus kehidupan. Layaknya kampus, pasti ada dosen, mahasiswa dan mata kuliah.

Lalu yang menjadi dosen dan mahasiswa siapa? serta apa mata kuliahnya? Dalam penjelasan singkatnya, putra pemilik salah satu Pondok Pesantren di daerah Surabaya Selatan ini menyebutkan,  kita sendirilah yang menjadi dosen dan kita sendirilah yang menjadi mahasiswa.

Lalu apa mata kuliahnya, Pak Nuh menuliskan yang menjadi mata kuliah adalah semua hal yang dapat menata hati dan akhlak kita, sehingga menjadi pribadi yang santun dan teladan.

Menurut saya, ada beberapa pesan tersirat dalam tulisan singkat beliau. Pertama, kita diajak menerapkan prinsip take dan give . Sebagai dosen, kita akan memberi ilmu dan sebagai mahasiswa kita akan menerima ilmu. Namun dalam tulisannya tersebut, kita diminta menjadi dosen sekaligus mahasiswa dalam kampus kehidupan ini. Artinya, kita tidak hanya diajak untuk memberi atau menerima saja, namun kita diajak melakukan dua hal sekaligus. Ada saatnya memberi dan ada kalanya juga menerima.

Kedua, kita diajak bersama-sama untuk menanggalkan semua ''baju''. Penafsiran pribadi saya, kita diminta untuk melihat sesuatu dari sisi berbeda, dan untuk konteks kali ini saya menangkap bahwa kita diajak menerima (dalam hal ini ilmu dan nasehat) tidak melihat dari siapa yang memberi atau mengatakan, namun lebih melihat dari sisi isinya. Beliau menegaskan, tidak selamanya dosen benar dan tidak selamanya mahasiswa juga salah. Namun siapapun yang benar, kita harus menerima dengan lapang dada.

Ketiga, kita diajak untuk lebih banyak mendengar dan mengevaluasi dalam bulan ramadhan ini. Lebih banyak mendengar artinya kita diajak berusaha menghormati semua orang tanpa pandang bulu, mendengarkan dengan seksama dan antusias dengan siapapun lawan bicara kita. Dan untuk evalusi diri, saya menangkap setelah memberi, menerima, mendengar atau melakukan aktivitas lainnya. Kita diajak evalusi apakah kita melakukannya hanya karena Allah SWT atau ada niat lain yang hanya kita dan Allah
SWT yang tahu.

Sebenarnya, saya kurang sepakat dengan penggunaan kata kampus dalam  ramadhan sebagai kampus kehidupan yang dipakai Pak Nuh pada tulisannya. Saya menganggap lebih cocok, menggunakan istilah  Ramadhan sebagai kursus untuk kehidupan. Kenapa? bulan Ramadhan hanya salah satu bulan dari 12 bulan Hijriah maupun Masehi dalam satu tahun hitungan skala waktu.

Ramadhan biasanya menjadi sarana men-charge iman dan amal umat muslim, mungkin karena berkah bulan Ramadhan atau hidayah Allah SWT ke hamba-hambaNya. Ketika bulan Ramadhan semua orang tiba-tiba mendadak alim. Yang biasanya tidak pernah sholat di masjid, bulan ramadhan sholat di masjid. Yang biasanya mengeluarkan Rp 1000 saja untuk shodaqoh beratnya bukan main, namun ketika ramadhan Rp 100 ribu menjadi lebih enteng.

Ketika ramadhan dibuat bulan kursus dan bulan selanjutnya diibaratkan bulan praktek.  Maka kesenjangan amal dan ibadah antara bulan ramadhan tidak akan terlalu jauh. Dan menurut saya, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengubah persepsi kita. Bulan Ramadhan adalah bulan latihan, dan bulan-bulan selanjutya adalah bulan perlombaan.

Insya Allah, kalau presepsi dan mindset kita sudah tertanamankan bahwa bulan Ramadhan hanya bulan latihan atau kursus dan bulan selanjutnya adalah perlombaannya, maka keistiqomahan pasca Ramadhan bukan hanya di ujung lidah saja.

Wallahu'alam.

"Ramadhan oh Ramadhan... Belum tentu lho, tahun depan kita ketemu  lagi"

Minggu, 19 Februari 2012

3 in 1

-

Jika kita seorang muslim, mau mengecek sebarapa muslimkan kemusliman kita. Ada sebuah cara sederhana untuk  bisa mengecek kemusliman kita. Menurut Profesor Abdullah Shahab, salah satu dosen favorit saya walaupun saya gak pernah diajar beliau karena beda jurusan (Beliau teknik mesin, saya Teknik perkapalan), dan juga seorang ustad yang gaya penyampainnya logis, runtut dan humanis. Dan pastinya menarik.

Seorang muslim yang sebenarnya adalah, senang melihat saudara seimannya bahagia. Seorang muslim akan selalu mengajak saudara ke surga bersamanya, ia tidak ingin ke surga sendiri. Ia senang melihat saudara muslimya punya rumah bagus, punya mobil bagus, dan ia senang saudara muslimnya banyak uang. Karena dengan uang itu ia bisa berinfaq dan kesempatan bershodaqoh terbuka lebar.

-

Islam adalah agama yang menghapus dan sangat membenci rasis. Kedudukan semua manusia dalam islam adalah sama, yang membedakan hanya ketaqwaan dan keimanannya saja. Bahkan khusus untuk memberi bukti penghapusan rasis itu, Rasullulah mengangkat seorang muadzin (Muadzin Rasullulah derajatnya sangat tinggi) dari pemuda berkulit hitam yang keyakinannya tidak pupus oleh batu panas besar yang ditimpakan ke tubuhnya, ya, muadzin itu bernama Bilal bin rabbah.

Amerika pun, yang terkenal dengan teriakan Ham, ham dan ham. Sampai detik ini, dalam penggunaan geraja memisahkan kursi untuk warga berkulit putih dan warga kulit hitam. Kulit hitam duduk di belakang dan kulit putih duduk di depan.  Dan sudah menjadi rahasia umum, di Amerika rasis kulit sampai sekarang masih terjadi, walaupun presidennya berkulit hitam (Tidak hitam sepenuhnya karena blesteran ayah berkulit hitam dan ibu berkulit putih).

Demikian juga Australia, sekutu dekat Amerika yang juga peneriak ham, ham dan ham. Sampai detik ini, kisruh diskriminasi  suku aborigin yang notabennya penghuni asli Australia masih sering terdengar. Buktinya, beberapa saat lalu yahoo.com meluncurkan video penolakan, pengusiran  dan demo yang memperlihatkan kebencian orang aborigin ke perdana menteri saat ini, julia Gillard. Bahkan, dalam video tersebut, si perdana menteri sampai harus diamankan dan meningalkan tempat sebelum acara selesai karena keselamatannya terancam.

-

Hampir semua orang jawabannya sama ketika ditanya, apa cita-cita anda? Jawabnya, sukses dunia akhirat. Ya, tidak masalah. Dan ternyata hal itu dapat terwujud, insyaAllah. Kita cukup merubah paradigma dan mainset kita saja, jika dulu kita hanya belajar untuk mendapat ilmu dan dapat kerja, mulai sekarang sebelum belajar berdoa dan niatkan untuk mencari ridho Allah, insyaAllah ilmu dapat, kerja dapat dan akhirat dapat, amin..

Demikian ketika kerja, ketika dulu hanya untuk dapat uang dan makan, mulai sekarang cukup tambah niat mardhotillah, menafkahi anak istri, untuk bershodaqoh, untuk membiaya anak sekolah atau untuk mengahajikan orang tua atau yang lain, yang penting niat pertama adalah mencari ridho Allah SWT. Kemudian  pertahankan niat tersebut sampai selesai. Uang dapat, makan dapat dan insyaAllah surga juga dapat, amin.

Hal kecil-kecil juga berlaku, kita olah raga, makan, minum, berjalan, mandi, silaturahmi, jalan-jalan serta lain-lainnya , bahkan sampai terlalu baiknya Allah swt kepada kita, ketika berdua dengan istripun dapat bernilai pahala. Biarkan niat utama hanya karena Allah, yang lainnya adalah bonusnya. Dunia dapat, akhirat dapat. insyaAllah.
Terinspirasi setelah diskudi dengan Prof A. Shahab
Belajar, Belajar, Belajar..
apapun, dimanapun, kapanpun
dan pada...
siapapun.

Lakukan semua untuk ibadah kepada Allah swt

Bekerjalah, bekerjalan, bekerjalah... maka akan dilihat (Allah swt dan ciptaanNya, termasuk manusia)

bismillah..

Jumat, 17 Februari 2012

Hidup Cuma Sekali, so, Jadi yang Berarti

Bismillah...

Alhamdulillah

Aku percaya Engkau takkan bebani hambamu melabihi kemampuannya..

Ya Rabb.. kuatkanlah punggungnya dan berilah kekuatan untuk bisa menopang semua beban ini sampai garis finish dan memberikan terbaik menurutMu ya Allah... amin..

Alhamdulillah

Selasa, 14 Februari 2012

Sebentar Saja..

Saya yakin, semua yang kita tanam akan kita tuai. Entah itu di dunia atau di akhirat kelak, saat ini ataupun lima, enam bahkan 20 tahun lagi. Tapi saya selalu yakin, bahwa kebaikan sekecil apapun akan kembali kagi ke saya, dan keburukan atau maksiat apapun juga akan kembali lagi ke saya.

Termasuk dalam lingkup yang lebih luas , dalam keluarga ataupun dalam lingkup pergerakan dalam mengajak kebaikan dan melarang kemungkaran, atau yang biasa kita sebut dakwah, yang ini jika kita paham adalah tugas utama dan pokok kita sebagai manusia di bumi ini.

Kita sering menjadi panitia acara kajian yang mendatangkan ustad terkenal dan mempunyai ilmu mumpuni, namun sayang kita tidak mendapatkan ilmunya, bahkan jamaah diawal waktupun kadang-kadang kita tinggalkan gara-gara acara ini, karena disibukan dengan mengurus acara tersebut. Tidak masalah, memang jika ikhlas, setiap amal perbuatan baik setelah mendengarkan acara itu, maka kita akan mendapatkan sama tanpa mengurangi pahala yang mengamalkan. Namun, apakah saya rela medholimi diri sendiri.

Memang benar, tapi, kita membiarkan hampa diri kita. Cerita ustad Abdullah azam yang menceritakan seorang pemuda yang kerja diperusahaan minyak dan separo penghasilannya disumbangkan ke perjuangan palestina, tidak cukup dengan itu, kata ustad Abdullah azzam. Engkau harus berperan dalam lingkungamu, apa yang bisa engkau perbuat untuk agama di lingkungamu dan untuk dirimu sendiri.

Memang ngomong tidak semudah pelaksanaan, tapi lebih baik dari pada diam saja. Diam entah karena apa, bisa karena takut, karena malu, karena menyembungikan sesuatu atau karena takut mengatakan hal yang tidak benar, tiada yang tahu kecuali hati kita dan Allah SWT.

Sekarang, bukan saatnya saya menuntut atau mengeluh, apa yang bisa saya berikan, apa yang bisa saya lakukan, apa yang bisa saya berbuat untuk ummat ini, untuk agama ini, untuk bangsa ini, untuk lingkungan ini, untuk keluarga ini dan apa yang bisa kita perbuat untuk diri ini supaya layak disebut sebagai umatnya.

Sudah, tidak usah saling menyalahkan. Diam sejenak, evalusi diri. Apakah saya sudah ikhlas lillahitala, apakah amal ibadah wajib dan sunnah sudah saya lakukan untuk mendekatkan diri kepadaNya, apa maksiat yang sudah kita lakukan sehingga menghalangi berkah terhadap aktivitas kita, dan bahkan mungkin gara-gara maksiat kita, orang lain terkena imbasnya, astagfirullah.. ampuni hamba yang penuh dosa ini ya Allah..

Rabu, 08 Februari 2012

Mengispirasi


Ini adalah harapan dan doa punya teman ane, mas Augustino, atau biasa dipanggil TINO, jurusan teknik material dan metalurgi ITS angktan 2009, junior ane sih. Tapi hari ia mengispirasi ane yang sudah mulai lupa sama mimpi/doa/cita2/ harapan. Luar biasa, semoga tercapai semua mimpinya mas Tino.. amin.. amin.. amin...

Minggu, 05 Februari 2012

Photo Batam 4, Habis Bis...


Ini di depan rumah Etek n Omanya mas catur yg udah saya anggap keluarga sendiri, tu ada adji, mas catur n adek2 kecil.. sip.. Pamitan sebelum balik ke sby.


 Ini oma, ditengah cucu2nya.. makasih oma.


Kelihatan ndeso banget, gini ja di foto, bah ra ngoros...  hehehe
(wings air, anak nya lion air. seperty city link anaknya Garuda)


 Doa2 sebelum bepergian dalam 6 agama, kok bisa ya?

Diatas awan...

Awas kena denda 200 juta atau 2 tahun kurungan penjara

Puncak gunung kelihatan dari ketinggian 10.050 meter diatas permukaan laut (tahu dari mana?... dengerin kapten ngomong, hehe)


 Daerah pertambakan terlihat kecil, apalagi kita? gak ada apa2 nya..


Itu yang kelihatan kecil adalah bangunan lepas pantai punya asing yang lagi nyedot minyak orang madura.


Jembatan suramadu yang menghubungkan surabaya dan madura, seharusnya pembangunan jembatan selat sunda belajar dulu dari jembatan ni. perlu atau tidak?...

Photo Batam 3, Habis


Setelah sekian lama, akhirnya bisa berfoto dengan Pak heru, Ini pak heru n ane. Di depan rumah mas deni pas waktu mw berangkat jalan2 ke jembatan balerang jam 22 malam.

 

Ini adji n pak heru di jembatan balerang 2. mirip ya, hehe


Ini saya n pak heru foto lagi di jembatan balerang, pak heru ini mirip persis ma bapak saya. Karakter n wataknya juga hampir sama, cuma bapak saya ada kumisnya  sedangkan pak heru tidak, dan yang kedua pak heru pake kaca mata bapak saya tidak. over all, mirip dah.. saya dah anggap beliau seperti bapak saya sendiri, thnk p heru.


 Di pinggir jembatan

 Ajdi n me.



 Sekali lagi, ini jagung bakar, mantep deh.. sampek nambah, seperti biasa.. di traktir pak heru, hehhee.

Pak heru lagi asyik makan jagung bakar, hato2 pak nanti kesedat, hehe.. sip dah

Alhamdulillah..

Pena Batam 14 Part 2, the last.

Tit tit

Rencananya mau tidur, jam 22 pak heru datang. Alhamdulilah, akhirnya bisa minta tanda tangan pengesahan untuk laporan KP. Kemudian pak kita di ajak jalan2, rencananya nunggu mas deni dulu yang sedang main badminton, karena agak lama mas deni di tinggal. Langsung meluncur ke jembatan barelang, ditengah perjalanan seperti biasanya banyak ilmu kehidupan yang dibagi beliau ke kami, saya dan adji. Seperti biasa, saya berusaha mejadi pendengar yang baik untuk mencerna semua masukan dan cerita yang disampaikan beliau.

Nyampe jembatan 1 balerang jam 22.20, langsung disambut pemuda pemudi yang usianya se saya, sekitar 20an keatas, paling tua paling sekitar 25an. Yah inilah pemandangan sekaligus masalah kita bersama, apa yang bias saya, dan nda perbuat untuk genarsi yang katanya penerus bangsa ini?

Setelah pak heru mengajak sampai ke jembatan 2 kita balik dan berhenti sejenak di jembatan 2 untuk foto2, setelah foto langsung kembali menuju jembatan 1. Seperti biasa, hehe.. pak heru ngajak kita berhenti menikmati jagung bakar, banyak ilmu yang di dapat, ini yang saya suka dengan pak heru. Ngasih ilmunya gak separo-separo, banyak belajar dan sharing dengan belaiau.

Oya jembatan barelang katanya ada 5 , menghubungkan pulau-pulau kecil di sekitar batam. Katanya kalau siang pemandangan jembatan ini lebih bagus, tapi gak pa. malam juga gak kalah seru.

Oya, selain diskusi masalah perkapalan dan berbagai obat2an alami yang  dapat menyembuhkan penyakit kronis. Selama perjalan pulang pak heru share masalah pernikahan, ni yang mantap. Kenapa ya, akhir2 ini saya kok tiba2 banyak mendapatkan ilmu nikah, apakah pertanda, hehe.. wallualam…

Yang paling membekas, belilau mengatakan,  kalau kita gak sanggup maka berpuasalah. Beliau melanjutkan bercerita, beliau berani menikah karena seperti mendapat petunjuk dan keyakinan setalh diskusi dengan pak mul, seperti terbuka cakrawalanya melalui pak mul tdi. Beliau diyakinkan bahwa, jangan takut nikah walaupun gaji masih kecil, malah dengan nikah itu rejeki akan terbuka lebar.

Beliau menceritakan, kenaikan gaji yang signifikan ketika menikah, apalagi pas punya anak malah naik berkali kali lipat, dan beliau merintis semuanya bersama istrinya. Jdi ketika mau macam2 beliau ingat bahwa sampai saat ini adalah berkat pengorbanan beiau dan istrinya, jadi menikah ketika belum mapan ada hikmahnya seperti pengerem dan pengingat ketika setan merayu untuk ‘melirik’ wanita lain. 

Beliau mengIbarat lagi, seperti dulu ketika maw merdeka.  Banyak pendapat kita sejahterkan dulu rakyat baru merdeka, namun ada yang mempunya pendapat kita merdeka dulu baru menyejagterakan rakyat. Namun yang kedualah yang dipilih, bias dibayangkan kalau pilihan 1 mungkin sampe sekarng kita tidak akan merdeka dan tambah sensara. Kita tidak tahu….

Mobil terus melaju, ilmu terus mengalir dan saya serta ajdi menyimak sambil sesekali berpendapat ketika pak heru menasehati kita, luar biasa.. oleh2 terbaik ya ini, saling menasehati dalam kebaikan.. Alhamdulillah.. oya satu lagi, beliau menakankan menikahlah karena mencontoh Rasulullah dan karena Allah, insyaAllah akan dipermudah semuanya. Amin.. sip  dah…

And, be positif thinking…..

Malam ini malam terakhir di batam, ditemani pak heru sampa jam 12.30. nyampe rumah mas deni  nonton tv sebentar kemudian pek heru pulang, trimkasih pak heru. Saya melanjutkan menulis ini cerita karena saying, kalau ditunda keburu lupa.. wes…. Batam… pengalaman seru yang tidak terlupakan.. Alhamdulillah.. saya diberi nikmat kesempatan, kesehatan dan nikmat semua sampe sekang, amin… semoga Allah SWT meridhai kita semuanya, amin…..


Ruang Tamu Rumah mas deni
Pukul 01.15 pagi 5 februari 2012
Perumahan Graha Nusa Batam F-22, Bumiaji, pulau  Batam, Kepulauan Riau, Indonesia.

Pena Batam 14 Part 1

sABTU, 4 Februari 2012

Ini adalah  malam terakhirku di batam, memulai pagi ini seperti biasa, pagi hari hanya digunakan dengan bersih2 dan istirahat. Sempat jalan-jalan ke Mall top 100*beli oleh2 buat temen2 di Surabaya. Sempat juga makan siang di daerah mall 100, baru pertama nemukan makan semurah disini, di spot samping kanan top 100, harga the obeng (es the) hanya 600 perak, Surabaya pun kalah. Setelah itu pulang dan nyampe rumah istrahat lagi, mungkin capek 2 minggu terkumpul hari ini.

Sorenya makan bareng ma mas deni dan pamitan ma pak Jawa, waduh berpisah deh. Sebenere mw jalan2 ke jembatan balerang dan ke pantai, tai nunggu pak heru gak datang2 jadi di rumah ja. Tapi ada hikmahnya, jadi bias istrahat total. Malamnya packing2… rencanya besok pesawat take 0ff jam 9 pagi, berangkat dari rumah mas deni jam 7, sebelum ke bandara mampir ke rumah oma tuk pamitan dulu dan menuju hang nadim air port..

Alhamdulillah..
Aku tahu dan yakin ya Rabb
rencanaMu pasti lebih indah
Terima kasih Batan, Trimkash BV

Trimkash mas deni, oma, etek, adik2 kecil, pak heru, pak didik, pak judi, mas2 dan mbak2 QC serta semuanya yang tidak dituliskan satu2, jadi sedih, hehe..

Ok tidak apa, selamat tinggal Batam, menuju kehiduoan baru di Surabaya, selamat dating Surabaya.

Bismillah… semoga lebih baik ya Allah SWT..
Ku pasrahkan semua kepadamu.. hmhm.. Subhanallah, Alhamdulillah… Allahuakbar….. Alhamdulillah..