Sabtu, 25 Juli 2020

Pulang (Taiwan ke Indonesia pada Juli 2020)

Penulis: Tatas

Pulang, Alhamdulillah kata itu akhirnya terputuskan sudah. Setelah sempat memutuskan untuk memilih pulang pada awal akhir Januari 2021. Tapi, dari sekian banyak pertimbangan seperti lama waktu libur, kondisi pandemi di Indonesia, keluarga, diri sendiri dan yang penting Professor. Akhirnya summer 2020, saya memutuskan pulang dahulu setelah enam bulan tinggal di Tainan. 

Pulang sejenak untuk melihat langit malam di Indonesia. Makhlum, salah satu hobi saya sejak kecil adalah melihat langit malam, selalu melihat ke selatan mencari-cari bintang ikan pari atau juga di sebut bintang selatan yang dijadikan sebagai navigasi jika berlayar malam hari atau pas tersesat, atau menikmati Venus yang selalu menyapa di pagi hari setelah shalat subuh. Selepas shalat subuh, tengadahkan ke atas cari satu bintang kejora paling terang, dialah Venus. Atau, bintang yang kemerah-merahan, jarang kelihatan jelas, yang berwarna kemerahan, dialah Mars.

Bulan dan Venus saat fajar menyingsing di Tainan

Saat ini, keberadaan bintang bisa kita lihat posisinya dengan aplikasi Stellarium. Akan tahu bahwa di Bulan Juli Saturnus dan Jupiter senantiasa berdekatan dan berkawan, Saturnus dengan cincinya yang indah bahkan bisa terlihat juga satelit yang mengelilinginya, Andromeda sekarang ada di mana, bahkan tahu mitologi Yunani bagaimana mereka menghubungkan gugusan bintang menjadi bentuk. Eh, ini kan mau pulang Indonesia, kan gak perlu lewat Venus atau Mars 😊.

Saat pulang pilihan pesawat hanya ada tiga, Cathay transit Hongkong, Eva Air atau China Airlines (CI) yang TPE – CGK direct flight. Saya dibantu Mas Annas, badannya tinggi, suka menolong, mahasiswa PhD di NCKU dan seorang entrepreneur, ia membantu pemilihan dan pemesanan tiket. Ternyata ketiga maskapai hanya terbang seminggu sekali. Meski lebih mahal 3000 NT dibanding Cathay, saya akhirnya memilih pakai CI dengan pertimbangan: direct flight, kalau situasi non pandemi saya ingin lihat Bandara HK dengan pakai Cathay 😊, dan CI tiba di CGK jam 1 siang jadi bisa lanjut Surabaya, kalau Cathay malam jam 10 jadi kemungkinan lanjut pesawat esoknya. Okay, pakai kartu kredit (CC) Mas Annas, terbayar sudah, deal booking tanggal 23 Juli.

Jelang 23 Juli jalan-jalan dulu ke Taitung untuk melihat balon udara, pertama dalam hidup. Dengan didriveri Pak Faaris, Mahasiswa PhD yang menghabiskan studi sarjana dan masternya di Eropa, berangkatlah ke Taitung. Awalnya pesimis ikut karena kesibukan Lab, tapi karena teman-teman terbaik ini sabar menunggu akhirnya berangkat juga 😊 setelah saya canceled gabung perjalanan sebelumnya ke Taiwan Utara. Selama perjalanan sempat juga saya nyetir, steer kiri pertama dalam hidup, dan BISA. Semangat jadi membara untuk mengurus SIM internasional di Jakarta. Gampang prosedur bikin SIM internasional, hanya kalau jalan-jalan yang sulit dapat SIP, Surat Izin Professor, hehehe.

Festival Balon Udara di Taitung

Jam menunjukkan pukul 23 malam, ditemani Afif, mahasiswa Master NCKU dan roommate, menuju ke Tainan Bus Station, yang hanya butuh 20 menit berjalan santai. Di bus station sudah ada Rizki, Master di NCKU – seorang Presiden di Moslem Students Association yang mengaku dari Kaltim Timur hehehe.

Pesan tiket ke Airport seharga 450 NT dan dapat dua tiket yaitu Tainan – Zhong Li dan Zong Li – TPE. Harus oper bus karena Ubus ini bertujuan akhir di Taipe Kota. Naik Ubus ingat waktu hidup di Dresden beberapa minggu, ke kota-kota sekitar di Praha dan Basel. Sama-sama bernama Ubus dan sama-sama berwarna hijau 😊. Ubus hanya sekali mampir di Taichung dan jangan lupa bawa bekal siapa tahu malam-malam lapar, dan saya lapar waktu itu akhirnya hadiah garlic bread, demikian Mas Rizki menyebutnya dapat menahan rasa lapar malam hari 😊. Berangkat jam 23.30 sampai di Zhong Li 3 dini hari trus nunggu bus ke Airport. Mereka paham airport jadi tak perlu takut kesasar. Tak butuh waktu lama menunggu 30 menit kemudian menuju airport dan cepat sampai dan ingat CI ada di Terminal 1.

Tiket Ubus untuk tujuan Terminal 1 Bandara Taoyuan transit di Zheng Li dan Garlic Bread

Situasi pandemi, terminal 1 sepi sekali, ternyata check in gate buka 5.40 LT untuk Jakarta ada di nomor 10. Shalat subuh di sudut bandara, karena seingat saya muhola di TPE ada setelah check in, menuju ke waiting room. Serta buka bekal sarapan yang saya bawa dari Tainan. Ntah, pagi itu ada atau tidak toko atau sevel yang sudah buka. Biasanya saya semangat keliling-keliling sambil menunggu waktu, kemarin itu kok memilih hanya duduk, sesekali berbaring di kursi meluruskan tulang-tulang yang sudah melewati masa 40 tahun masehi.

Okay 5.40 LT saya menuju check in counter, sengaja tak check in online dulu, untuk menikmati percakapan dengan petugasnya 😊. Dan eng ing eng, saya diminta menunjukkan CC karena melakukan pembayaran lewat CC. Ah, tentunya saya gak bisa karena pakai CC Mas Annas yang saat itu sudah ada di Indonesia dipingit di sebuah kamar di sudut Kota Malang. Ya, Mas Annas yang pintar masak ini akan menikah awal Agustus. Mendapatkan wanita shalihah dari ujung utara Taiwan, bukan orang Taiwan, tapi lulusan ITS yang sekolah di NCU. Wah urusan CC bisa sampai NCU hehehe.

Ternyata ada aturan, bahwa kalau pakai CC maka harus dibawa dan ditunjukkan ke counter sebagai bukti bahwa kita sudah beli tiket, oh. Terus Mbaknya Counter bilang: kalau mau terbang hari ini maka harus beli tiket lagi, kami akan beri harga sesuai pembelian sebelumnya. Dan harus bawa fisik CCnya tak boleh difoto. O. O. Dengan senyum akhirnya beli tiket dengan ATM Visa dari Post Bank, lengkap saya sebut 😊, karena uang cash tak sampai sejumlah tiket yang harganya hampir 13 ribu enti itu.

Alhamdulillah dapat tiket deh. Balik lagi ke counter, proses check in. Dan saya bilang bahwa saya sudah pesan moslem meal di sistem. Dan ternyat tak ter-record hehehe. Embaknya sih bilang harus 72 jam sebelumnya dan saya yakin sudah approved untuk moslem meal. Ya sudahlah, akhirnya saya minta vegetarian meal, Mbaknya bilang sudah disampaikan tapi tidak janji ada karena ya itu tadi pemesanan harus 72 jam sebelumnya. Dan ditawari tempat duduk isle, okay, posisi favorit saya.

Masuk ke imigrasi, tak ada sesuatu yang istimewa, biasa saja. Hanya sepi antrian. Masuk ruang tunggu hanya diperiksa suhu tubuh tidak lebih dari itu. Proses boarding berjalan alhamdulillah CI671 ternyata penuh penumpang, hampir semua pemegang passport Indonesia, PMI. Dan sebelah saya kosong. Nonton Home Coming tak bisa menikmati, karena tidur. Aaaaah, nikmat rasanya tidur, setelah berkutat sekian lama, sepertinya agak lupa rasanya tidur waktu dhuha dan siang 😊. Capeknya bukan karna proses boarding, tapi seperti melepas beban sekian lama, mikir pulang, akhirnya bisa: PULANG.

Oh iya, saya berbekal tes PCR dari NCKU Hospital dengan harapan sampai tiba di CGK bisa lebih lancar untuk keluar dari Bandara. Tapi kan karena takut situasi tak pasti maka saya belum book tiket CGK-SUB. Nanti saja setelah keluar imigrasi, pikir saya begitu. Untuk tes PCR ke NCKU Hospital kita bawa tiket dan passport yaaaa 10 hari sebelumnya lah. Ntar petugas akan menentukan jadwal tes PCR dan pengambilannya berdasarkan tiket keberangkatan pesawat. Hasil PCR disetting diambil H-1. Sehingga tes PCR H-3. Nah, biaya 5000 NT silakan dibawa saat H-3 tersebut, dan ingat harus rileks saat PCR test.

Dokumen lain yang saya siapkan yaitu dokumen perjalanan dari KDEI. Cukup email mereka dengan melampirkan: scan passport, ARC, Student Card dan KTP serta alasan ke Indonesia maka selama waktu 3 hari kerja akan dikirim kembali via email hasilnya, sehingga tak butuh usaha yang lebih.

Landing, tiba di Soeta. Keluar dari garbarata, maka rombongan dipisah jadi dua jalur, jalur tak bawa PCR test dan jalur bawa PCR Test, anak-anak dan ibunya, ibu hamil. Saya ikut jalur bawa PCR test. Setelah itu, saya tidak tahu bagaimana jalur yang tidak bawa PCR Test, jadi mikir seperti film-film yang rombongan terpisah terus tak tahu mereka dibawa kemana, hehehe.

Dengar-dengar, dari dunia maya. Mereka akan di PCR test dulu: ada banyak model PCR cepat bayar sekitar 2 jutaan rupiah, dalam sehari selesai, trus atau jalur lain gratis ke wisma atlit butuh waktu sekitar 5 harian sampai PCR test jadi, atau mau nginap di hotel yang ditunjuk. Nah hotel ini berbayar sendiri. Semoga informasi ini masih benar.

Oh iya, selama di pesawat akan diberi 3 lembar kertas: satu untuk deklarasi barang bawaan kita seperti biasanya dari bea cukai, kertas putih dan kuning untuk menceritakan riwayat bepergian kita serta kondisi kesehatan tubuh. Yang bawa PCR test tidak terlalu banyak, dan sebelumnya juga ada penerbangan baru yang landing, tapi ini juga tak butuh waktu lama untuk antri penyerahan dokumen tadi.

Setelah mengisi kertas putih dan merah yang diperoleh di pesawat, saat antri kita diminta mengisi data Health Clearance dari Kemenkes. Kemudian, petugas akan memeriksa kondisi tubuh kita meliputi temperatur, saturation, dan pulse. Yang di dalamnya ada pernyataan bahwa kita diizinkan untuk masuk ke Indonesia dan melakukan proses karantina selama 14 hari.

Health Clearance

Kemudian, setelah mendapatkan persetujuan Health Clearance, menuju ke imigrasi. Imigrasi Indonesia memang lebih ramah 😊 mereka mau menjawab sapaan. Sedangkan di negara-negara lain selalu pasang tampang serem dan tak menjawab sapaan. Beres tak ada antrian. Trus ke ambil bagasi dan ke beacukai. Karena taka da yang perlu dideklarasikan, maka pilih jalur hijau. Saya hanya melenggang sendiri. Menyerahkan dokumen deklarasi bawaan. Dan, selesai. Tanpa ada pemeriksaan bagasi. Trus keluar ada antrian, ternyata sebelum pintu keluar ada penjualan tiket pesawat, saya diperiksa anggota TNI berseragam doreng hijau dan ramah. Bapak TNI ini mengecek Health Clearance saya, setelah okay selesai. saya ditanya tujuan ke Sidoarjo naik apa, saya jawab pesawat. Sudah pesan? Saya jawab belum. Sebenarnya saya diarahkan ke counter tiket itu tadi, tapi saya jawab saya mau pesan lewat traveloka.

Saya keluar dari prosedur bandara. Ada mushola. Shalat jama’ qoshor. Oh iya, waktu di Tainan, saya sudah beli pulsa SIM dan paket data. Kata Mas Annas, sulit cari Wi Fi waktu di mendarat seminggu sebelumnya. Malam sih, waktu itu, apakah mungkin Wi Fi dimatikan atau bagaimana, saya tidak tahu. Jadi saya aman, karena sudah mengaktifkan paket data lokal. Jadi perkiraan saya butuh sekitar 45 menit untuk keluar dari prosedur bandara internasional di Terminal 3.

Nah selanjutnya, setelah shalat berburu tiket. Jegreeeeng. Traveloka dan tiket.com tak jual tiket hari H. Akhirnya berburu di website maskapai, masuk ke Garuda karena yang ada di Terminal 3 kan Garuda. Gak nemu penerbangan. Akhirnya cari Citilink, ada penerbangan jam 16 dan saat itu sudah pukul 14 dan ternyata batas waktu pembayaran jam 15. Wah harus segera cari ATM karena token saya tertinggal di Taiwan. Arah ATM adalah menuju ke terminal pemberakatan, jadi kalau dari terminal kedatangan belok kiri luruuuuus di ujung dan masuk. Ternyata di situ berderat kantor cabang beberapa bank, termasuk BNI.

Pas ambil uang rupiah di ATM BNI, di sebelah saya ada yang ngisi ATM dan Pak Sekuriti BNI, mereka ngobrol. Dan, saya dengar dari obrolan mereka bahwa Citilik per hari itu, 23 Juli pindah di Terminal 3. Saya yang waktu itu sudah kehilangan harapan karena gak bisa bayar via ATM booking citilink jadi bersemangat. Saya pastikan ke Pak Sekuriti BNI, dan benar per 23 Juli hari itu Citilink pindah di Terminal 3. Saya semangat kembali. Saya menyampaikan keluhan saya karena tak bisa bayar tiket karena tak dikirimi prosedur pembayaran. Trus diarahkan ke CS. Saya sampaikan keluhan. CS tak bisa membantu karena statusnya memang saya belum melakukan transaksi pembayaran. Kemudian saya diminta ke CS Citilink. Ternyata CS citilink di lantai atas di mana harus masuk ruang X-ray dulu. Padahal saya belum punya tiket.

Alhamdulillah, ternyata hanya pemeriksaan x-ray bukan pemeriksaan tiket. Akhirnya bisa masuk dan menuju ke lantai atas. Canggih. Lift taka da tombol yang ditekan, angkasa pura 2 telah melakukan perubahan teknologi, bukan pencetan tapi injakan. Sempat bingung juga nyari tombol pencetan di mana 😊.
Injakan di lift dan jarak aman di garbarata

Sisa waktu s.d. jam 15 hampir habis dan saya mempercepat troli mencari counter Citilink. Alhamdulillah dapat, dan memang terdaftar. Tapi tidak dikirimi prosedur bayar karena sudah mepet waktu 😊. Okay lah. Akhirnya bayar tunai di counter Citilink. Harga tiket 800 ribu, kembali dua ribuan. Masih murah menurut saya. Apa lagi mepet dan dapat bagasi 20 kg. Bagasi saya hanya 16 kg. Koper besar full tapi hanya seberat 16 kg. Isinya full, full mainan dari plastik, makanya ringan. Oh iya, sebagian besar mainan plastik ini saya beli di toko second. Dekat Halte Health Bureau di Tainan. Bisa naik Bus 6 arah Rende dari Shengli kalau dari dekat kampus. Saya waktu itu naik motor. Murah dan masih baru menurut saya. Juga banyak barang-barang antik lainnya. Bintang 5 deh.

Saat beli tiket tadi, saya tunjukkan bahwa saya sudah dapat Health Clearance dari pihak bandara. Trus setelah itu check in. Saya lupa pesan makanan untuk di pesawat. Ya sudah nanti di pesawat saja. Biasanya ada. Sebelum masuk x-ray kedua menuju waiting room diperiksa dokumen Health Clearance kembali.

Penerbangan jam 16 boarding, dan pesawat benar-benar take off sekitar 20 menit kemudian. Dalam pesawat kursi tengah dikosongi, sebagai adaptasi pada masa Covid. di bandara dan pesawat semua mengenakan masker malah ada yang menggunakan face shield. Bagus. Hanya beberapa masih saya lihat mereka masih menyentuh bagian muka dekat hidung, dan mata. Ini tak boleh. Juga ada yang masih menyentuh masker bagian luar. Ini juga tak boleh. Jadi walau pakai APD pastikan tak menyentuh bagian wajah sebelum cuci tangan dengan disinfektan.

Penerbangan sore, hanya butuh sejam sedikit untuk landing. Tak terasa apalagi saya bisa tidur. Sayang ternyata di pesawat makanan tak tersedia. Beli minuman uang 100 ribuan, gak ada kembalia. Jadi gak jadi beli 😊.

Selesai di domestic flight mendarat di Runway Juanda. Setelah belok melalui taxi way, lampu mulai dinyakalan kembali diiringi pantun indah dari awak kabin yang selalu berhasil membuat saya tersenyum. Salut Citilink atas konsistensi ketepatan waktu dan pantun-pantun yang membuat senyum. Akhirnya SQ bersandar di apron. Melalui garbarata, menuju ke terminal. Terminal T1 sepi, saya lebih suka menyebut utara. Selain senyap juga ada renovasi ruangan.

Sesampainya di Bandara Juanda, dan ambil bagasi, sebelum keluar kita harus mengisi electronic Health Alert Card (eHAC) yang bisa diunduh di playstore. Atau bisa juga mengisi secara manual di kertas kuning yang telah disediakan pihak Bandara Juanda.

Sesampai di rumah, istri saya berkonsultasi dengan tenaga medis dari puskesmas, apakah memang perlu melakukan self-quarantine, berdasarkan aturan sudah tidak perlu selama ada PCR negatif. Saya menyampaikan dokumen perjalanan dari KDEI, Health Clearance dari Bandara dan PCR Test dari NCKU ke RT juga. Dan disampaikan oleh Ketua RT tidak perlu karantina mandiri. Alhamdulillah. Tapi tetap waspada dan hindari kemana-mana.

Senin, 20 Juli 2020

Taitung

Balon Taitung

Pertama, untuk bisa mengembang dan terbang, balon harus di panaskan. Untuk apa?

Membuat density/masa jenis udara di dalam balon lebih rendah dari udara di luar balon. Sehingga balon tertekan ke atas oleh udara sekitar, sampai density dalam dan luar balon sama.

Hikmahnya, kadang2 kita perlu merendah (merendahkan density dalam hati kita, rendah hati), untuk naik ke atas (derajat kita). Wallahua'alam.

Kedua, kata pak Huda, parade balon raksasa seperti ini hanya ada di 3 negara, Taiwan, Jerman dan Turki.

Itupun hanya ada ketika musim panas. Di Taiwan, festifal balon diadakan di Taitung, daerah pegunungan di wilayah Timur Taiwan, tahun ini diadakan mulai 11 Juli sampai 30 Agustus.

Jam paradenya hanya di jam-jam tertentu, pagi jam 05.30 sampai 07.00 dan sore sekitar jam 14.00 ampai 18.30.


Kami melihat parade balon pagi hari, sampai di tempat jam 2 pagi, dan ternyata sudah mulai ramai pengunjung. Pukul 4 pagi lokasi sudah hampir penuh, karena untuk memilih spot foto atau view yang bagus harus datang lebih awal.

Hikmahnya, jika kita rela berpagi-pagi untuk mendapat spot yang bagus parade balon atau kita yang pencinta bola, rela mempersiapkan tidur lebih awal supaya tengah malam bisa nonton bola, karena kita semangat, senang dan tujuan kita jelas ingin nonton bola tim kesayangan kita atau mendapat spot yang bagus untuk menghasilkan foto yang instagramable.

Sama halnya kita yang sering telat bangun shubuh atau tidak sempat tahajud, karena kita mungkin kurang semangat, kurang suka atau kurang tahu mengapa harus sholat shubuh dan tahajud. Mungkin kita perlu memahami dan memasukan ke dalam hati kita yang terdalam hadist ini,

"Barang siapa yang shalat isya berjamaah, maka seolah-olah dia telat shalat selama separuh malam. Dan barang siapa yang shalat Shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya." (HR Muslim)

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shala Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

atau ayat tentang tahajud,

"Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu.... " (Al Israa:79)

Dan perkataan Hasan Al Basri, Seorang Ulama kharismatik kota Basrah,

"Karena mereka senantiasa bercengkerama dengan Allah swt di kegelapam malam, maka Allah pun memberikan kepada mereka cahaya dari cahaya-Nya"

Wallahua'alam.

Ikan (Museum Biologi dan Laut)

Seperti kata P Tatas, hikmah pertama adalah jangan kuatir dengan rizki kita. Lihatlah ikan yg banyak itu semua, tidak ada yg kekurangan makanan. Bahkan, ada yg tdak perlu mencari makan, makanan datang sendiri. Rizki sudah dijamin jangan kuatir., namun ada hal yg perlu kita kuatirkan. Yg belum di jamin. Apa itu? Surga/ neraka, tulis Salim A filah dalam bukunya lapis2 keberkahan.

Kata pak huda, kasian ikannya dikurung. Namun kata p.tatas, lebih baik daripada dipancing. Nyindir pak huda yg sudah bawa pancing.

Namun perlu kita ketahui, sebenernya semua yg diciptakan di bumi ini diserahkan Allah kepada manusia, untuk dikelola dan mendukung kelangsungan hidup manusia, lihat al baqoroh ayat 29.

Jadi bersukurkah kita, manusia. Bisa menjadikan ikan makanan, hiburan ataupun dipelihara. Karena sunnatullahnya seperti itu 

Kalau kata P Faaris, bersukur selain wujud sukur, juga sebagai pembatas keinginan manusia yang tak terbatas, kalau di kasih mobil satu, ingin dua, punya dua, pingin pinya showroomnya. Begitulah tabiat manusia. Namun bersyukurlah, itu salah satu cara mengerem keinginan atau nafsu kita.

Wallahu'alam.



Vidio dibuat oleh Zainul

Sabtu, 13 Juni 2020

Lubang Paku

Dari kisah Irfan herlambang

ada anak yg suka marah dan menyakiti orang lain
anak itu sadar, kemudian bilang ke bapaknya, saya suka marah dan menyakiti orang lain

bapaknya bilang, kalau marah, paku pager di belakang, satu marah, satu paku.
pernah sehari maku 100 paku, 50, 30 paku
sampai pada hari tdak ada yang dipaku

kemudian anaknya cerita dengan bahagia hari ini tidak dipaku
ayahnya bilang, kalau gak marah satu hari cabut satu paku

anak: liat pa, sudah tidak ada paku lagi
ayah: nak apa yang tersisa setelah paku dicabut
anak: tersisa pager yang bolong
ayah: kadang kalau kita berkata kasar , menyakiti orang lain. maka akan menyisakan lubang di hati orang lain
yang bekas itu belum tentu bisa hilang

oleh karena itu, kenapa kita bermaaafan ketika menjelang ramadhan, ketika ramadhan dan pasca ramadhan
semoga hal itu dapat menghilangkan lubang di hati dan mengobati hatinya

karena ketika sakit hati sudah mulai ada, sulit mengobati

ada doa yang diajarkan untuk diperbanyak ketika ramadhan, terutama 10 hari terakhir

Allahumma innaka `afuwwun tuhibbul `afwa fa`fu `annii
"Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku"

wa'fuani kalau sendiri
wa'fuana kalau bersama

Allah swt yang maha membolak balikan hati
jangan berputus asa dari rahmat Allah

semoga Allah mengampuni kita dan orang-orang memaafkan kita

Rabu, 10 Juni 2020

Ramadhan COVID

Saya menyebutnya bukan melawan Covid, lebih tepat mungkin berdamai dengan Covid. Ya, karena berdamai biasanya membuat hati lebih tenang.

Mungkin itu yang pas buat pengurus Muslim Student Association (MSA), organisasi mahasiswa muslim internasional di kampus National Cheng Kung University (NCKU) dalam menghadapi ramadhan tahun ini. 

Sejak covid menyerang januari lalu, kita semua tahu yang terjadi selanjutnya. Saya amati ada tiga jurus berdamai ala panitia ramadhan MSA tahun ini.

Jurus pertama, iftar takeaway, mereka menyediakan makanan buka puasa dalam plastic yang isinya kotak teh susu, kurma dan snack. Biasanya panitia standby di lokasi terbuka yang dekat asrama mahasiswa sejak pukul 17an, kemudian yang mau tinggal datang, ambil dan pergi. Saya belum pernah mencobanya, hanya melihat publikasi di media sosial MSA dan postingan foto ketika pembagian di group Line, medsos yang saya baru familiar ketika disini.

 Panitia bersiap menunggu jamaah

Namun di balik sebungkus plastik dan isinya itu, ada perjuangan para panitia memburu kurma yang tidak mudah untuk ditemukan disini, angkat-angkat box belanjaan ditengah panasnya summer dan membawanya menggunakan motor mirip kayak orang mau pindahan, sampai bungkusi ke dalam plastic menjadi siap saji seperti itu. Intinya angkat topi buat panitia.


Makanan yang dibagikan

Jurus kedua, tadarrus online, dibuka dengan kultum dari salah satu peserta dan perharinya punya target satu juz. Berapapun pesertanya, ngajinya gantian sampai dapat satu juz. Salah satu peserta menjadi tasmi’ atau pembetul jika ada ucapan yang salah. Ini online dalam group Line dan terbuka siapapun yang mau. Biasanya dimulai pukul sembilan malam sampai selesai.

Jurus ketiga, kajian online setiap minggu sekali. Sudah berjalan dua kali melaluia media sosial MSA, katanya ini akan berjalan setiap pekan sekali selama bulan ramadhan ini.

Mungkin mereka punya jurus berdamai lainnya atau terus sedang mencarinya, terutama buat idul fitri. Kita tunggu saja ide brilian ditengah himpitan ramadhan Covid tahun ini. Semoga panitia tetap ikhlas dan dapat pahala amalnya.

Apakah NCKU tidak mendukung kegiatan islam disini? mereka sangat mendukung. Tahun lalu, NCKU menyiapkan tempat dengan kapasitas 300 orang untuk kegiatan ramadhan satu bulan penuh, bahkan Rektor dan pimpinan NCKU datang ketika idul fitri. Ya sekarang karena Covid saja, wong mushola saja sudah di tutup sejak tiga bulan yang lalu.

Beda cerita dengan jamaahnya. Ada jurus berdamai lainnya yang dimiliki mereka, jamaah tetap shengli, shengli adalah nama asrama mahasiswa yang ada musholanya, yang ditutup tiga bulan lalu itu. Mereka menjadi jamaah pemburu prayer room yang lebih kecil di department-depertement, kalau prayer room satu ditolak, cari prayer room yang lain, begitu seterusnya. Tapi semangatnya itu lo, jempol empat.

Mereka ini sebenernya bukan orang biasa, coba saja gabung kalau tidak percaya. Mereka ini kalau di Indonesia adalah dosen di kampus-kampus Indonesia yang saat ini sedang tugas belajar. Ada juga yang alumni tim Sapu Angin ITS yang terkenal itu. Ada yang S1 di Belanda, S2 di Inggris, kemudilan lanjut S3 disini, dan banyak lagi prestasi mereka. Intinya mereka bukan mahasiswa biasa.

Ramadhan covid tahun ini memang beda, namun kualitasnya tetap sama. Bahkan lebih. Tergantung bagaimana kita saja.

Sabtu, 29 Februari 2020

Kisah

Ada sebuah kisah, kisah nyata yang ditulis Salim A Fillah dalam bukunya yang berjudul, Menyimak Kicau Merajut Makna.

Ada seorang gadis aktivis dan ia juga mahasiswa berprestasi, ilmu agamanya mumpuni apalagi ilmu dunia, bisa jadi mahasiswi ini dambaan mahasiswa disana.

Di semester akhir kuliah ia dilamar seorang lelaki, sama, aktivis juga dan menjadi puncak pimpinan organisasi mahasiswa, sudah mempunyai usaha yang katanya bisa membantu rekan-rekannya bebas finansial. Keluarganya juga dari orang terpandang dan kaya.

Awalnya si gadis enggan, karena ia dari keluarga sederhana. Namun, karena yang melamar dianggap orang yang beragama, maka keluarganya pun tak sanggup menolak.

H-7 hari, gadis dan pria itu janjian untuk melihat calon rumah, tempat yang akan mereka tinggali setelah nikah nanti. Rencananya si pria akan mengajak ibu dan adik perempuannya. Namun, sebelum berangkat kakek si pria kena serangan jantung, walhasil si pria datang ke kontrakan si gadis sendirian dengan menggunakan mobil.

‘’Besok saya harus ke luar kota beberapa hari, mungkinkan mengajak temanmu untuk menemani,’’ pinta si pria ke wanita setelah tiba di depan kontrakan si gadis. Memang si gadis ini tinggal bersama teman-teman perempuannya di rumah kontrakan, layaknya mahasiswa kebanyakan.

Ia meminta mengajak temannya supaya menghindari berduaan dengan si gadis. Namun qodarullah, ditengah jalan, temannya itu ditelpon bahwa ada kondisi darurat. Dengan terpaksa, mereka mengizinkan temannya turun di tengah jalan. Mereka tinggal berdua di mobil. ‘’Saya sudah berusaha menjaga pandangan, saya di baris belakang dan si pria di depan menyetir mobil’’, ungkap si gadis.

Singkat cerita, ketika sedang melihat-lihat rumah. Si gadis ke kamar mandi untuk melakukan keperluannya. Muncullah kecoa, si gadis berteriak kaget. Kemudian terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi.

Dalam perjalanan pulang, si gadis duduk di pojok mobil menangis tersedu menyesali apa yang barusan mereka lakukan, ia merasa hina dan kotor. Si pria, sambil menyetir juga demikian, perasaan tak karuan, ia galau dan sangat merasa bersalah. Mereka marah, kenapa ibu dan adiknya tidak jadi menemani, mereka marah, kenapa mengizinkan temannya turun di tengah jalan, mereka marah pada kecoa itu, mereka marah pada dirinya sendiri.

Qodarullah, mobil tersebut mengalami kecelakaan menabrak truk kayu di sebuah tikungan.
Setelah 4 bulan koma, si gadis sadar, dan terkejutnya, ia dalam kondisi hamil. ‘’Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia,’’ ungkap si gadis. Ya, bayi kecil perempuan itu adalah karunia. Namun yang membuat terkejut lagi, si pria wafat ketika kecelakaan tersebut.

Keluarga si pria tidak mengakui bahwa bayi itu adalah cucunya. ‘’Gimana kami percaya itu cucu kami, bukan dari lelaki lain. Boleh jadi, anak kami meninggal karena kaget mendengar bahwa kau telah hamil duluan,’’ ungkap keluarga si pria ke gadis itu.

Kini keluarga si gadis, merawat buah karunia itu. ‘’Doakan saya ustadz,’’ ucap gadis itu ke Salim A Fillah. ‘’ Semoga sesal dan taubat ini tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati,’’ terusnya.

Sejarah

Nabi Adam as juga pernah melakukan dosa, melanggar larangan Allah swt untuk tidak memakan buah khuldi, sehingga ia diturunkan dari surga ke bumi. Namun kemudian beliau bertobat, dan Allah swt menerima taubatnya.

Nabi Yunus juga demikian, ia putus asa menyeru ke kaumnya. Hukumannya, ia ditelan hiu sampai semua kulitnya mangelupas dan dalam kondisi yang hampir meninggal. Namun kemudian Allah swt menerima taubatnya dan umatnya mengikutinya untuk menyembah Allah.

Juga halnya Nabi Musa, ia khilaf membunuh manusia, namun dengan galau dan taubatnya, Allah swt mengampuni dan menolongnya.

Apalagi kita? Setiap saat melakukan dosa. Masih pantaskan menghujat orang yang sedang khilaf atau terkena ‘’musibah’’? wallahua’alam.


Kamis, 20 Februari 2020

Memakai Masker Belum Tentu Aman dari Corona, Malah Bisa Bahaya

Tadi malam saya ikut kuliah online, temanya tentang Corona. Pembicara seorang dokter lulusan UI, namanya dr Wira. Saya ketemu beliau pertama kali tahun lalu, saat ada acara bersama di Kanazawa dan Tokyo. Orangnya baik, walaupun sibuk, beliau rela menemani Kami keliling Tokyo sampai malam. Saya juga baru tahu, kalau nama lengkap beliau adalah Wira Winardi, mungkin kalau disingkat jadi D3U, dokter double double U. 

Penjelasnnya enak, dr Wira banyak memberikan perumpamaan sederhana supaya kami paham. Intinya, untuk  pencegahan utama bagi kita yg sehat atau belum terindikasi adanya virus corona, adalah yang pertama, sering cuci tangan menggunakan sabun, atau jika tidak ada pakai hand sanitizer, kedua tidak sering atau malah jangan biasakan mengusap wajah dengan tangan.

Dokter asal Aceh ini menjelaskan detail kecenderungan manusia mengusap wajahnnya, berapa persen mengusab mata, hidung, pipi, mulut selama sekian waktu tertentu beliau jelaskan, sayang saya tidak mencatatnya.

Karena virus ini masuk ke tubuh kita melalui alat pernafasan atas, hidung dan mulut. Namun juga ada info riset yang mengatakan dapat juga melalui mata.

Kenapa cuci tangan, nah virus ini biasanya menempel di tangan kita, tangan kita ngusap-ngusap muka entah hidup, mulut, atau mata. Lewat situ virus masuk ke tubuh kita dan masuk paru-paru.

Dr Wira saat ini sedang mengambil pendidikan S3 di Juntendo University Tokyo Jepang, ia mengatakan bahwa virus ini hanya bisa berkembang di paru-paru. Kalau tidak salah, virus itu mempunyai kaki untuk menempel dan memperbanyak diri, tempat yang cocok bagi virus ini untuk kakinya menempel hanya di paru-paru. Oleh karena itu, yang menjadi gejala adalah yang berhubungan dengan pernafasan.

Lalu bagaimana dengan memakai masker, masker wajib bagi yang menderita. Supaya apa, ketika ia batuk, bersih, pilek. Cairan yang keluar bareng itu tidak kemana-mana, karena cairan itulah jalan virus keluar dari tubuh penderita dan kemudian menyebar. Di cairan itu ada virus coronanya.

Virus ini kalau di suhu dingin dan kering seperti di sub tropis kayak Jepang, China, Korea, Taiwan dan sekitarnya bisa bertahan sampai 5 hari setelah keluar dari tubuh penderita. Misal penderita bersin, kemudian cairan yang keluar ketika bersin menempel di pegangan-pegangan, meja, besi, kayu dan lain-lain. Kemudian kita menyentuk meja itu, di tangan kita nempel si virus, kemudian kita megang mulut dan hidung, ya wassalam.

Dr wira sebenarnya menjelaskan nama virus ini, karena ada banyak virus corona dan yang ini beda dengan virus corana sebelumnya, belum pernah ditemukan sebelumnya. Sehingga vaksinnya juga belum ada. Kata beliau, vaksin yang sedang dibuat sudah berhasil diujikan pada hewan uji, sekarang sedang diujikan ke manausia. Namun karena saya juga tidak tahu corona yang lain, saya anggap kata ‘’corona’’ itu ya virus yang saat ini terjadi. Supaya simple, terutama bagi orang awam istilah virus seperti saya.

Ada teman yang tanya, kan di China sudah banyak yang dinyatakan sembuh. Kenapa tidak dibuat vaksin dari yang seembuh itu. Dokter Wira mengungkapkan, vaksin yang dibuat dari imun seseorang tidak bisa digunakan ke orang lain, karena memiliki stuktur DNA atau RNA yang beda. Sehingga jika ingin membuat vaksin ya mengacu dari virusnya.

Lalu bagaimana dengan memakai masker. Dokter yang pernah ambil S2 di Taiwan ini menyebutkan, memakai masker malah bahaya kalau tidak paham cara menggunakannya. Pertama, masker bedah yang umum kita pakai hanya aman digunakan selama 6 jam. Kedua, kita dilarang memegang bagian depan masker, yang saringan awal, karena disana sarang kuman dari luar tersaring.

Memakai masker wajib bagi yg terindikasi, supaya tidak menularkan ke yang lain.

Saya tanya, apakah benar virus ini hanya mematikan orang yang sudah tua dan memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan paru-paru. Dr Wira menjawab, ini berhubungan dengan kekebalan tubuh atau sistem imum. Semakin tua, kekebalan tubuh semakin turun. Hal ini mungkin bisa menjadi penyebab hal itu. Demikian juga anak-anak yang rentan terhadap penyakit, karena sistem imumnya belum kuat.

Kenapa di Indonesia belum terdeteksi adanya penderita corona. Mungkin karena cuaca panas dan lembab, hal itu bisa jadi membuat penyebaran virusnya tidak cepat atau virusnya tidak bertahan lama ketika keluar tubuh manusia. Namun belum ada penelitian tentang ini. Mungkin juga virusnya sulit dapat izin masuk Indonesia, kata salah satu postingan teman di medsos. Atau orang Indo sudah memiliki antibodinya, darimana? dari micin dan mie instan, kata netizen lain.

Jika dibandingkan dengan virus SARS beberapa tahun lalu yg juga dari China, memang prosentasi kematian penderitanya banyakan SARS. Artinya, misal dari 100 persen orang menderita, yang wafat ada 10 persen, kalau corona yang sekarang dari 100 persen, yang meninggal 2 persen.

Namun,  jumlah penderitanya SARS dan corona beda jauh, banyakan corona. SARS dulu, begitu ketahuan siapa yang menderita langsung diisolasi dengan cepat, siapa siapa yang berhubungan dengan penderita, langsung ketahuan. Sehingga penyebarannya bisa ditahan. Akhirnya penderita sedikit.

Corona yang sekarang ini beda, penyebarannya cepat karena pas musim mudik, tahun baru Imlek. Kayak mudik lebaran di Indonesia. Sehingga jumlah penderitanya banyak. Walaupun prosentasenya sedikit, namun perbandingan jumlah penderita dan yang meninggal lebih banyak corona pada rentan waktu yg sama, jika dibandingkan dengan SARS.

Kemudian dibandingkan virus MERS yang pernah terjadi di timur tengah. Kalau virus MERS yang kena adalah yang makan unta karena lewat unta penyebarannya. Jadi orang Indonesia yang Haji dan Umroh kok aman-aman saja ketika itu, ya karena tidak makan daging unta. MERS ini malah 45 persen yang wafat dari 100 persebn penderita.

Dokter wira juga mengambarkan tentang inkubasi, yaitu proses pembelahan sel-sel virus corona di tubuh kita, ia bisa membelah karena ketemu tempat yang cocok tadi, di paru-paru. Ketika sel kita membelah, ia numpang membelah juga. Dr Wira mengilustrasikan dengan perang, ketika perang yang nyerang pertama angkatan udara dulu supaya membuka jalan bagi angkatan darat, melebarkan gang yang sempit dan membuka jalan baru.

Sama dengan tubuh kita, ketika virus mulai berkembang di paru-paru. Imun tubuh kita mengeluarkan sebuah zat, saya lupa namanya, itu berfungsi seperti angkatan udara. Angkatan daratnya, antibodi tubuh kita yang melawan virus. Namun zat ini membawa efek buruk juga, yang gejalanya, gangguan pernafasan itu, sulit nafas dan kekurangan oksigen, karena oksigen dalam darah tidak bisa bertukar dengan yang baru. Yang kita hirup tidak bisa digunakan dalam tubuh, karena ada sesuatu yang bocor akibat zat itu.

Beliau juga menjawab tentang dokter di Surabaya yang konon menemukan obat/ vaksin virus corona,  yaitu rempah-rempah. Namun beliau punya pendapat berbeda,  karena rempah-rempah itu fungsinya menghambat kerja zat tadi, supaya angkatan udaranya tidak kerja berlebihan. Bukan melawan virus corona.

 
Dokter Wira (memakai kacamata)



Selasa, 18 Februari 2020

Tentang Kapal

Ilmu kapal itu unik, kita harus bangga yg bergelut di bidang ini, apalagi belajar atau kuliah di kampus yang memiliki bidang kemaritiman dan perkapalan.

Kenapa unik, karena satu-satunya ilmu teknik yang diajarkan langsung oleh Tuhan YME melalui malaikat ke rasul, yaitu Nabi Nuh.

Ilmu teknik itu juga ada yang mengatakan ilmu kira-kira, dosen saya di sarjana dulu mengatakan ilmu teknik itu ilmu peramalan atau ilmu dukun, namun berbasis pengalaman sebelumnya. Apalagi ilmu kapal, bisa bayangkan gimana besi baja puluhan ribu ton terapung dan berlayar di lautan. Ilmu kapal itu ‘’sesuatu’’.

Sejarah mencatat, siapa yang menguasia Ilmu kapal dan kuat di angkatan lautnya, maka ia akan menguasai dunia.

Kenapa bahasa Inggris bisa menjadi bahasa internasional, karena Inggris pernah menyingahi dan menjajah hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Pakai apa pasukan dan tentara Inggris ketika itu, pesawat? mana ada, pakai kapal.

Kata ganti kapal bukan it, padahal it adalah kata ganti benda yg biasanya digunakan dalam bahasa Inggris. Namun ‘’she’’ , yg artinya dia menunjukan perempuan. Karena kapal adalah lambang kekuasaan ratu inggis, yg menunjukan dia perempuan, atas nama ratu inggris. Kapal melambangkan kejayaan.
Sekarang, kenapa Amerika menjadi negara adi daya. Karena ia percaya diri dengan kekuatan kapal induk, kapal selam, kapal perang yang dimiliki. Amerika mempunyai pangkalan laut hampir di seluruh dunia, memakai apa, memakai kapal induk.

Kapal induk itu berfungsi seperti pangkalan darat, namun terapung bisa kemana-mana, mirip kapal pesiar atau hotel terapung, rumah sakit terapung, sekolah terapung, dermaga terapung, pembangkit listrik terapung. Sekarang sudah jaman terapung semua.

Kalau kita melihat sejarah Indonesia juga demikian, Majapahit yang wilayahnya sampai Philipina, Malaysia, dan hampir seluruh nusantara. Karena apa? karena armada kapalnya, belum ada pesawat ketika itu.

Sriwijaya juga, yang wilayahnya hampir se Asia Tenggara, juga demikian. Dan sejarah mencatat, salah satu aspek yang menjadi kekalahan kita dalam melawan penjajah karena kita meninggalkan armada kapal atau memang penjajah sengaja membuat kita meninggalkan dan melupakannya.

Penjajah membuat kita menghadap ke darat, melupakan laut. Kita dibuat takut ke laut, ada legenda nyi roro kidul, nyi roro lor dan seterusnya. Itu dibuat penjajah supaya kita menjauhi laut. Walaupuan memang pantai selatan jawa palungnya dalam, sehingga arus tarik kuat karena adanya palung. Namun tetap saja, ada daerah dan banyak yang bisa dilewati dan di eksplor kekayaan bawah lautnya.

Sampai sekarang bidang ini (kapal dan maritim), jika dibanding dengan yg lain adalah bidang yang sepi peminat. Ya, karena memang di desain seperti itu oleh pesaing-pesaing kita, yang tidak ingin Indonesia kuat, jika kita ingin indonesia maju, seharusnya dikuatkan armada laut dan semua pendukungnya, terutama SDM.

Mahasiswa Universitas Hang Tuah di atas KRI Bintuni, Kapal Perang Buatan Tanah Air

Trump punya slogam "make US great again", kalau boleh mencontoh maka Indonesia great again, dengan fokus ke laut.

Terakhir, laporan dari riset sumber daya di Amerika tahun 2019, jurusan yang paling stabil lowongan kerjanya atau selalu tersedia, adalah bidang kapal. Walaupun gajinya bukan yang tertinggi, namun lowongannya selalu ada atau lulusannya selalu dibutuhkan. Gajinya lumayan,  90rb USD ( Rp 1.27 Milyar) per tahun di Amerika.

Di Indonesia, berada gaji yang bekerja di bidang kapal dan maritim. Penasaran? silahkan tanya pada teman, saudara atau kenalan yang kerja di bidang ini.


 
Di samping KRI dr. Soeharso atau rumah sakit terapung (10 tahun yang lalu), kapal ini yang akan digunakan pemerintah RI untuk menjemput 74 WNI dari kapal pesiar Jepang, ''corona''.