Dari kisah Irfan herlambang
ada anak yg suka marah dan menyakiti orang lain
anak itu sadar, kemudian bilang ke bapaknya, saya suka marah dan menyakiti orang lain
bapaknya bilang, kalau marah, paku pager di belakang, satu marah, satu paku.
pernah sehari maku 100 paku, 50, 30 paku
sampai pada hari tdak ada yang dipaku
kemudian anaknya cerita dengan bahagia hari ini tidak dipaku
ayahnya bilang, kalau gak marah satu hari cabut satu paku
anak: liat pa, sudah tidak ada paku lagi
ayah: nak apa yang tersisa setelah paku dicabut
anak: tersisa pager yang bolong
ayah: kadang kalau kita berkata kasar , menyakiti orang lain. maka akan menyisakan lubang di hati orang lain
yang bekas itu belum tentu bisa hilang
oleh karena itu, kenapa kita bermaaafan ketika menjelang ramadhan, ketika ramadhan dan pasca ramadhan
semoga hal itu dapat menghilangkan lubang di hati dan mengobati hatinya
karena ketika sakit hati sudah mulai ada, sulit mengobati
ada doa yang diajarkan untuk diperbanyak ketika ramadhan, terutama 10 hari terakhir
Allahumma innaka `afuwwun tuhibbul `afwa fa`fu `annii
"Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku"
wa'fuani kalau sendiri
wa'fuana kalau bersama
Allah swt yang maha membolak balikan hati
jangan berputus asa dari rahmat Allah
semoga Allah mengampuni kita dan orang-orang memaafkan kita
Sabtu, 13 Juni 2020
Rabu, 10 Juni 2020
Ramadhan COVID
Saya menyebutnya bukan melawan Covid, lebih
tepat mungkin berdamai dengan Covid. Ya, karena berdamai biasanya membuat hati
lebih tenang.
Sejak covid menyerang januari lalu, kita semua tahu yang terjadi selanjutnya. Saya amati ada tiga jurus berdamai ala panitia ramadhan MSA tahun ini.
Mungkin itu yang pas buat pengurus Muslim
Student Association (MSA), organisasi mahasiswa muslim internasional di kampus National
Cheng Kung University (NCKU) dalam menghadapi ramadhan tahun ini.
Sejak covid menyerang januari lalu, kita semua tahu yang terjadi selanjutnya. Saya amati ada tiga jurus berdamai ala panitia ramadhan MSA tahun ini.
Jurus pertama, iftar takeaway, mereka
menyediakan makanan buka puasa dalam plastic yang isinya kotak teh susu, kurma
dan snack. Biasanya panitia standby di lokasi terbuka yang dekat asrama
mahasiswa sejak pukul 17an, kemudian yang mau tinggal datang, ambil dan pergi.
Saya belum pernah mencobanya, hanya melihat publikasi di media sosial MSA dan
postingan foto ketika pembagian di group Line, medsos yang saya baru familiar
ketika disini.
Panitia bersiap menunggu jamaah
Namun di balik sebungkus plastik dan isinya
itu, ada perjuangan para panitia memburu kurma yang tidak mudah untuk ditemukan
disini, angkat-angkat box belanjaan ditengah panasnya summer dan membawanya
menggunakan motor mirip kayak orang mau pindahan, sampai bungkusi ke dalam
plastic menjadi siap saji seperti itu. Intinya angkat topi buat panitia.
Makanan yang dibagikan
Jurus kedua, tadarrus online, dibuka dengan kultum
dari salah satu peserta dan perharinya punya target satu juz. Berapapun
pesertanya, ngajinya gantian sampai dapat satu juz. Salah satu peserta menjadi
tasmi’ atau pembetul jika ada ucapan yang salah. Ini online dalam group Line
dan terbuka siapapun yang mau. Biasanya dimulai pukul sembilan malam sampai
selesai.
Jurus ketiga, kajian online setiap minggu sekali. Sudah
berjalan dua kali melaluia media sosial MSA, katanya ini akan berjalan setiap
pekan sekali selama bulan ramadhan ini.
Mungkin mereka punya jurus berdamai lainnya atau terus
sedang mencarinya, terutama buat idul fitri. Kita tunggu saja ide brilian
ditengah himpitan ramadhan Covid tahun ini. Semoga panitia tetap ikhlas dan
dapat pahala amalnya.
Apakah NCKU tidak mendukung kegiatan islam disini? mereka
sangat mendukung. Tahun lalu, NCKU menyiapkan tempat dengan kapasitas 300 orang
untuk kegiatan ramadhan satu bulan penuh, bahkan Rektor dan pimpinan NCKU
datang ketika idul fitri. Ya sekarang karena Covid saja, wong mushola saja
sudah di tutup sejak tiga bulan yang lalu.
Beda cerita dengan jamaahnya. Ada jurus berdamai lainnya
yang dimiliki mereka, jamaah tetap shengli, shengli adalah nama asrama
mahasiswa yang ada musholanya, yang ditutup tiga bulan lalu itu. Mereka menjadi
jamaah pemburu prayer room yang lebih kecil di department-depertement, kalau
prayer room satu ditolak, cari prayer room yang lain, begitu seterusnya. Tapi
semangatnya itu lo, jempol empat.
Mereka ini sebenernya bukan orang biasa, coba saja gabung
kalau tidak percaya. Mereka ini kalau di Indonesia adalah dosen di
kampus-kampus Indonesia yang saat ini sedang tugas belajar. Ada juga yang
alumni tim Sapu Angin ITS yang terkenal itu. Ada yang S1 di Belanda, S2 di
Inggris, kemudilan lanjut S3 disini, dan banyak lagi prestasi mereka. Intinya
mereka bukan mahasiswa biasa.
Ramadhan covid tahun ini memang beda, namun kualitasnya
tetap sama. Bahkan lebih. Tergantung bagaimana kita saja.
Langganan:
Postingan (Atom)