Ada seorang gadis aktivis dan ia juga mahasiswa berprestasi,
ilmu agamanya mumpuni apalagi ilmu dunia, bisa jadi mahasiswi ini dambaan
mahasiswa disana.
Di semester akhir kuliah ia dilamar seorang lelaki, sama,
aktivis juga dan menjadi puncak pimpinan organisasi mahasiswa, sudah mempunyai
usaha yang katanya bisa membantu rekan-rekannya bebas finansial. Keluarganya
juga dari orang terpandang dan kaya.
Awalnya si gadis enggan, karena ia dari keluarga sederhana.
Namun, karena yang melamar dianggap orang yang beragama, maka keluarganya pun
tak sanggup menolak.
H-7 hari, gadis dan pria itu janjian untuk melihat calon
rumah, tempat yang akan mereka tinggali setelah nikah nanti. Rencananya si pria
akan mengajak ibu dan adik perempuannya. Namun, sebelum berangkat kakek si pria
kena serangan jantung, walhasil si pria datang ke kontrakan si gadis sendirian
dengan menggunakan mobil.
‘’Besok saya harus ke luar kota beberapa hari, mungkinkan
mengajak temanmu untuk menemani,’’ pinta si pria ke wanita setelah tiba di
depan kontrakan si gadis. Memang si gadis ini tinggal bersama teman-teman
perempuannya di rumah kontrakan, layaknya mahasiswa kebanyakan.
Ia meminta mengajak temannya supaya menghindari berduaan
dengan si gadis. Namun qodarullah, ditengah jalan, temannya itu ditelpon bahwa
ada kondisi darurat. Dengan terpaksa, mereka mengizinkan temannya turun di
tengah jalan. Mereka tinggal berdua di mobil. ‘’Saya sudah berusaha menjaga
pandangan, saya di baris belakang dan si pria di depan menyetir mobil’’, ungkap
si gadis.
Singkat cerita, ketika sedang melihat-lihat rumah. Si gadis
ke kamar mandi untuk melakukan keperluannya. Muncullah kecoa, si gadis
berteriak kaget. Kemudian terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam perjalanan pulang, si gadis duduk di pojok mobil
menangis tersedu menyesali apa yang barusan mereka lakukan, ia merasa hina dan
kotor. Si pria, sambil menyetir juga demikian, perasaan tak karuan, ia galau
dan sangat merasa bersalah. Mereka marah, kenapa ibu dan adiknya tidak jadi
menemani, mereka marah, kenapa mengizinkan temannya turun di tengah jalan,
mereka marah pada kecoa itu, mereka marah pada dirinya sendiri.
Qodarullah, mobil tersebut mengalami kecelakaan menabrak
truk kayu di sebuah tikungan.
Setelah 4 bulan koma, si gadis sadar, dan terkejutnya, ia
dalam kondisi hamil. ‘’Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia,’’ ungkap si
gadis. Ya, bayi kecil perempuan itu adalah karunia. Namun yang membuat terkejut
lagi, si pria wafat ketika kecelakaan tersebut.
Keluarga si pria tidak mengakui bahwa bayi itu adalah
cucunya. ‘’Gimana kami percaya itu cucu kami, bukan dari lelaki lain. Boleh jadi,
anak kami meninggal karena kaget mendengar bahwa kau telah hamil duluan,’’
ungkap keluarga si pria ke gadis itu.
Kini keluarga si gadis, merawat buah karunia itu. ‘’Doakan
saya ustadz,’’ ucap gadis itu ke Salim A Fillah. ‘’ Semoga sesal dan taubat ini
tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati,’’ terusnya.
Sejarah
Nabi Adam as juga pernah melakukan dosa, melanggar larangan
Allah swt untuk tidak memakan buah khuldi, sehingga ia diturunkan dari surga ke
bumi. Namun kemudian beliau bertobat, dan Allah swt menerima taubatnya.
Nabi Yunus juga demikian, ia putus asa menyeru ke kaumnya. Hukumannya,
ia ditelan hiu sampai semua kulitnya mangelupas dan dalam kondisi yang hampir meninggal.
Namun kemudian Allah swt menerima taubatnya dan umatnya mengikutinya untuk
menyembah Allah.
Juga halnya Nabi Musa, ia khilaf membunuh manusia, namun
dengan galau dan taubatnya, Allah swt mengampuni dan menolongnya.
Apalagi kita? Setiap saat melakukan dosa. Masih pantaskan
menghujat orang yang sedang khilaf atau terkena ‘’musibah’’? wallahua’alam.