Ketika menulis judul tersebut, saya teringat dengan lirik lagu “sampai mati”, lagu yang dipopulerkan oleh band yang berasal dari kota Malang, Putih Band. Dalam awal lirik lagu tersebut, Kita diminta memahami semua yang terjadi , termasuk diri sendiri dan orang lain. Kemudian membuat kisah kita dan menjaga kisah itu sampai mati.
Makna mentoring juga hampir sama dengan hal tersebut, pertama kita pahamkan diri kita sendiri tentang arti penting mentoring. Kenapa sih harus mentoring, bukannya mentoring sudah selesai di tahun pertama dulu, buat apa ada mentoring dan masih banyak lagi pertanyaan dalam benak hati Kita, dan lebih parahnya lagi kita hanya diam diri tanpa mau mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Itulah kesalahan kita, kita punya banyak pertanyaan tapi tidak mau mengungkapkan.
Ada ungkapan dari buku motivasi yang selalu saya ingat ketika saya mempunyai sebuah pertanyaan, “Sebodoh-bodohnya orang adalah orang yang tidak mau bertanya ketika ia mempunyai pertanyaan”. Yah apakah Kita tetap akan menjadi orang bodoh seperti pada ungkapan tersebut, jawabanya ada pada diri kita sendiri. Berubah sekarang juga atau tidak sama sekali, tetap pada zaman jahiliyah dengam versi yang berbeda.
Setelah Kita sendiri paham , barulah amal ma’ruf nahi munkar kita jalankan, mengajak kebaikan dan menolak kemungkaran. Sepertinya memang susah jika dibayangkan, tetapi insAllah mudah jika kita mau memulai. Mulai dari diri sendiri dengan menjadi teladan, Kita mulai dari hal kecil dan Kita lakukan dengan percaya diri. Kenapa saya bilang seperti itu, percaya atau tidak jika kita melakukan dengan percaya diri, maka secara tidak langsung orang di sekeliling Kita akan mencontoh Kita.
Lalu apa hubungannya dengan mentoring, ingat temen-temen mentoring tidak hanya duduk manis di masjid mendengarkan ceramah mentor, sambil ngantuk dan bolak balik menoleh ke jam dinding. Ketika kita saling mengingatkan untuk sholat, mengajak ke masjid dan bahkan berdikusi di kantin membahas hal hal yang bermanfaat seperti materi kuliah, mengkaji masalah terkini dan lainnya, itu semua bisa dikatakan mentoring sobat. Terapi tergantung niat dan tujuan Kita, Kita lakukan semua hanya untuk mencari RidhoNYA.
Mulai sekarang tidak ada kata untuk tidak mentoring, menjadi mentor dan mente(peserta mentoring,red) sama saja, semuanya sama belajar. Tidak ada istilah mentor lebih pandai dari mente, semua sama bro…
Pernah suatu saat saya mengajak teman satu angkatan saya untuk menjadi mentor, tahukah pembaca apa yang ia katakan. “Saya tidak bisa, ilmu saya kurang, saya takut konsekuansinya jika ngomong saja tetapi tidak diamalkan,” ungkapnya.
Ketika teman saya berbicara seperti itu, berarti ia sudah gagal untuk sukses. Ingat, sukses bukan hanya banyak uang, rumah mewah, mobil lima, istri tiga, eh salah… istri satu saja, nanti di demo kaum hawa se-ITS dan sekitarnya. Seperti kumandang azan saja.
Sukses yang terbesar ketika Kita bisa mensukseskan orang lain. Ayo kita mulai dari sekarang, belajar sambil jalan no problem, kita mengajak dan kita juga mengamalkan. Kan pastinya ada rasa tanggung jawab tersendiri dalam lubuh hati kita yang terdalam setelah Kita berbicara untuk segera diamalkan, jadi denagn sendirinya kita akan terpaksa untuk mengerjakan yang kita ucapkan
Ilmu kurang, nanti takut kalau ditanya tidak bisa menjawab. Ketika saya menjadi mentor, saya sering ditanya mente saya dan kadang-kadang tidak bisa menjawab. Saya tidak akan menjawab, apabila tidak ada sumber yang jelas dan dasar hukumnya. Jadi, saya katakan “Mohon maaf, saya belum mempunyai referensi untuk pertanyaan temen-temen, insAllah pertemuan mentoring minggu selanjutnya saya jawab,”. Kita tidak usah malu, jika Kita memang tidak tahu, lebih baik jujur dari pada menbuat dosa jariah.
Biasanya, untuk mencari jawaban, saya survey ke perpustakaan Manarul Ilmi. Gudang emas yang jarang dimanfaatkan temen-teman muslim ITS ini menyimpan harta karun yang berlimpah, bisa juga Tanya ke mbah google atau tante yahoo. Dan biasanya, kalau saya malas mencari, ingat penulis juga manusia, wkwk.. saya tanyakan ke mentor saya, langsung deh dapat jawabanya. Itulah salah satu alasan kenapa mentor harus mentoring , supaya ada tempat bertanya jika Kita kesulitan atau lagi malas. Kan iman manusia seperti kurva sinusoidal, adakalanya naik dan ada kalanya turun.
Pak Nuh saja sang mantan rektor ITS yang sekarang menjadi orang nomer satu di Departeman Pendidikan Nasional tetap mentoring ketika kuliah di Prancis, dan mendapat gelar Diploma D'Etudes Approfondies (DEA) ketika itu. Masa Pak Nuh saja mentoring, masa kita tidak. Katanya ingin sukses seperti Pak Nuh.
Pembaca pernah nonton film the messengers, ternyata mentoring sudah ada sejak jaman Rasullulah. Diawal perjuangan dulu,ketika sahabat Rasullulah hendak mentoring mereka harus sembunyi-sembunyi. Karena kalau ketahuan, nyawa taruhannya.
Kalau kita ingin menjadi umat Rasullulah, kita harus mencontoh kebiasan Rasullulah, salah satunya ya dengan mentoring itu.
Dalam kondisi saat sekarang, yang notabenya berbanding 180 derajat dengan kondisi jaman Rasullulah dulu. Seharusnya Kita malu, pinginnya diakui umat Rasullulah dan ditolong ketika nanti kiamat, tetapi malas meneladani Rasullulah.
Jadi sekali lagi, tidak ada istilah untuk tidak mentoring. Mentoring itu perlu bagi Kita yang mau sukses dunia akhirat, insAllah. Dan pastinya dilakukan secara istiqomah. Sampai kapanpun, sampai hayat tak dikandung badan dan mata terpejam selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar