Bersama Adik Mentoring Pena Bangsa
Mentoring Pena Bangsa? Ya,
program ini merukan salah satu bentuk penyaluran dana dari donatur YDSF.
Mentoring menurut artinya adalah lingkaran. Sesuai artinya mentoring pena
bangsa adalah membuat lingkaran-lingkaran kecil untuk mengaji bersama, transfer
ilmu dari kakak pembina, konsultasi antara adik binaan serta kadang-kadang juga
curhat adik-adik ke kakak pembina.
Biasanya dalam satu kelompok
mentoring terdapat lima sampai sepuluh adik yang dibina. Mereka adalah putra
dari keluarga kurang mampu di daerah Surabaya. Sebagai contoh, kelompok
mentoring saya yang berada di daerah Klampis Ngasem. Dari enam adik binaan yang
saya pegang, rata-rata pekerjaan orang tua mereka adalah buruh toko, tukang
cuci, supir dan bahkan ada yang serabutan, kadang kerja , kadang tidak.
Saya pernah beberapa kali
berkunjung ke rumah adik-adik. Kondisi rumah mereka sebenarnya juga tidak layah
ditempati. Sebut saja keluarga si-A, dengan ibu sebagai tukang cuci dan ayah
buruh toko dan harus menghidupi 4 orang anak, anak yang tertua adalah adik
binaan saya, saat ini kelas 3 SMP. Umurnya 15an tahun. Mereka menempati rumah
ukuran 2 meter kali 5 meter, dibagi menjadi 3 ruang. 1 kamar tidur utama yang
juga ruang serga guna, 1 kamar tidur dan sisanya dipakai untuk memasak, tempat
kandang ayam dan sebagainya.
Akhirnya kondisi demikian membuat si-A harus nyambi jadi loper
Koran. Ketika saya Tanya, ‘’Apa cita-cita sampeyan dik?’’. Dengan tanpa rasa
takut ia menjawab. ‘’Saya pingin jadi pemain sepak bola mas’’. Saya tersenyum,
ada perasaan bangga. Bangga karena sosok seperti inilah yang nantinya menggantikan
generasi saat ini. Sosok yang penuh percaya diri, ditengah semua
keterbatasanya.
Saya juga tanya ke adik binaan
yang lainnya. Namanya Abdul Fattah, ketika saya Tanya. “Kalau Fattah, suatu
saat nanti mau jadi apa?’’. Dengan percaya diri ia menjawab, ‘’Saya pingin jadi
guru kak. Kemudian saya Tanya lagi, ‘’Guru apa dik?’’. Ia menjawab, ‘’Pokoknya
guru kak, gak papa SD, SMP atau SMA, pokoknya guru’’. Saya penasaran, lalu saya
tanya, kenapa kok guru, bukan yang lain. Ia menjawab, ‘’Saya pingin semua anak
Indonesia jadi orang pinter. Selain itu saya juga ingin ngebahagiain orang
tua.’’ Saya hanya diam, manggu-manggut sambil tersenyum.
Beda dengan Haris, siswa kelas 1
SMK 10 ini ketika saya tanya mau jadi apa. Ia menjawab, ‘’Ingin jadi pengusaha
yang sukses kak’’. Kemudian saya tanya lagi, ‘’pengusaha apa dik?’’. Ia
menjawab, ‘’ Pokoke pengusaha mas,’’. Kembali saya tersenyum.
Kadang-Kadand Curhat
Mentoring kita lakukan setiap hari minggu, pukul 15.30 samapai 17.00, di mushola
Husnul yaqin, Klampis Ngasem gang tembusan. Seperti biasa, setelah anggota
mentoring terkumpul. Mentoring dimulai dengan tilawah atau belajar membaca iqra
bagi yang belum bisa membaca Al Quran. Kemudian dilanjutkan dengan infaq rutin
untuk dimasukan ke dalam kas mentoring, uang ini yang nantinya biasa kita
gunakan untuk makan barang atau kadang-kadang menjenguk saudara kelompok yang
sakit. Sebenarnya, saya mau menanamkan sikab dermawan kepada mereka, saya yakin
dan saya yakinkan ke mereka bahwa, tidak harus nunggu kaya untuk berinfaq.
Kemudian dilanjutkan tausiah dari
adik-adik, dan ini dilaakukan bergiliran setiap minggu. Dulu ketika awal
mentoring, ketika diminta untuk memberi tausiah atau diminta cerita sembarang
yang ada kesan dan hikmahnya, luar biasa, semua rebutan tidak mau. Alhamdulillah,
setelah hampir satu tahun melakukan mentoring, sekarang mereka sudah mau
menampilkan diri, tausiah atau cerita bergiliran dapat berjalan.
Setelah itu biasanya pemberian
materi, kadang-kadanng saya gunakan video, cerita dan gambar-gambar. Dari
sinilah kemudian kita berdiskusi panjang lebar. Tidak hanya itu, kadang-kadang
ada adik yang curhat, tanya masalah akademik sekolah dan menanyakan
pertimbangan. Seperti menanyakan kira-kira masuk SMA atau SMK, enaknya masuk
ekstra kurukuler apa dan juga ada yang curhat masalah teman cewek di sekolah.
Kadang-kadang, kita juga mentoring
di warung dan rumah adik binaan. Beberapa kali kita mentoring di tempat makan,
setelah makan kita diskusi atau sekedar jalan-jalan atau makan-makan sambil
bercerita. Dan pernah sekali kelompok kita mentoring di rumah salah satu anak
didik, Alhamdulillah. Tanggapan keluarganya begitu positif.
Ramadhan kali inipun kita sepakat
membuat target amalan harian seperti sholat lima waktu tidak bolong, tilawah
satu lembar per hari, melakukan tadarus bersama, dan yang paling membuat mereka
semangat, berburu takjil di Masjid. Iya, mungkin ini kecil bagi kita. Tapi, ini
adalah pencapaian terbesar saya selama menjadi pendamping mentoring pena bangsa.
Terimkasih YDSF yang telah memberikan kesempatan.
Semoga Allah swt meridhai kita
semua, amin
artikel ini juga berada di, http://www.ydsf.org/komunitas/menjadi-pendamping-mentoring-kesempatan-besar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar