Kamis, 07 April 2011

Vonis Mandul Dokter kalah dengan Sholat Tahajud dan Puasa Senin Kamis



Kisah  ini adalah kisah nyata di daerah saya, daerah  Pujon, salah satu keceamatan di Kabupaten Malang. Siang itu saya mengantar ibu saya ke pasar, sambil menunggu, saya potong rambut. Tukang potongnya bernama Abdul khamid, warga asli desa Pujon Lor. Beliau ramah dan mudah akrab dengan pelanggan.

Setelah kami akrab, ditengah-tengah perbincangan, saya tiba-tiba menanyakan ke beliau tentang jumlah anaknya. Beliau tersenyum kemudian menjawab, “Alhamdulilah mas, anak saya satu, laki-laki baru berumur delapan bulan,”. Kemudian pak Khamid menceritakan bahwa beliau sudah berumah tangga sepuluh tahun, dan baru tahun kemarin istrinya melahirkan anak pertamanya.

Saat menikah, pak Khamid berumur 30 tahun, tergolong telat untuk seorang pria Indonesia apalagi di daerah pedesaan. Satu tahun ia menikah, ternyata ia belum dikarunia anak, ia dan istrinya pergi ke dokter untuk memeriksakan kesuburan diri dan istrinya. Pak Khamid dikatakan subur, namun dokter yang memeriksa istrinya mengatakan bahwa saluran tubavalopi punya istrinya, yang befungsi sebagai jalan sel sperma ke indung telur dikatakan tidak berfungsi. Dan dokter mengatakan bahwa hampir tidak mungkin pasangan ini mempunyai anak.

Ternyata, setelah divonis dokter tidak bisa mempunyai anak, bukan malah membuat pak Khamid putus asa atau berpikir untuk nikah lagi. Selain karena cintanya ke istri, pak Khamid merasa belum memberikan usaha optimal. Beliau berusaha kesana kemari untuk berobat, mulai dukun, minta doa orang alim, bahkan berbagai saran yang diberikan keluarnya seperti minum obat ini, obat itu iadilakukan. Namun, istrinya tetep tidak hamil.

Sampai suatu saat, pak Khalid ke Surabaya bersama istrinya. Ia bertemu dengan seorang saptam sebuah pabrik di Surabaya. Ia ngobrol dengan saptam tersebut, kemudian saptan tersebut menceritakan tentang keluarganya yang mempunyai nasib seperti pak Khamid. Sabtam tersebut mengatakan, saudaranya meminta kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah sholat malam tiga kali seminggu dan puasa senin kamis. Kemudian dengan perantara ibadah tersebut, maka keluarganya tersebut dapat memiliki keturunan.

Setelah mendengar cerita tersebut, pak Khalid dan istrinya ingin mencoba untuk diri mereka. Setelah melakuka sholat malam rutin dan puasa senin kamis. Alhasil, akhir tahun 2009 istrinya hamil, dan tepat pada usia pernikahan kesepuluh sekitar bulan April 2010. Istri pak Khamid melahirkan anak lelaki pertamanya.
               
Kisah diatas mengingatkan saya tentang kalimat penyemangat dan motivasi “Siapa yang bersungguh maka ia akan mendapatkan”, kalimat yang juga digunakan motto pondok modern Gontor. Dan pembaca mungkin sering mendengar kalimat tersebut. Kisah diatas mungkin pas dengan kalimat tersebut. Pasangan suami istri yang berusaha dengan berbagai jalan, akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan. Dan Sebenarnya, Allah SWT berfirman dalam Al Quran bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa setiap hambanya, jika hambanya mau berdoa. Nah ayo mulai sekarng, jika kita mempunyai tekad, kita bersungguh melakukannya dan terus berdoa. Pokoknya, Man Jadda wa jadda. (es_panas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar