Jumat, 31 Juli 2020

Perpanjang ARC Online (Taiwan)



2. Scroll ke bawah, klik I want to apply, berwarna merah.


3. Akan muncul seperti di bawah ini, jika belum mempunya account klik create an account


4. Lengkapi data dan klik register


5. Cek email untuk verivikasi dan klik link di email tersebut


6. Kembali ke nomer 3,  masuk akun, pasword dan verifikasi huruf

7.  Klik application, kemudian klik extension application


8. Klik agree dan ok

9. Kemudian masukan nomer ARC, program studi, alasan perpanjang


10. INI YANG PALING PENTING, mohon disiapkan file dan semua di bawah 500an kb

a. Foto background PUTIH, dengan DOMINAN MUKA 70-80 persen
b. ARC depan dan belakang
c. Passport depan
d. fotocopi student ID depan dan belakang yang sudah distempel kampus ( stempel yang dilaukan beberapa hari sebelum pengajuan aplikasi) ATAU enrollment certificate yang bisa dicetak mandiri di kampus.
e. Dokumen pelengkap , seperti sertifikat beasiswa

itu hal yang wajib, namun jika kita pindah alamat tempat tinggal bisa menambahkan
e. foto kontrak apartemen

namun jika tidak, bisa di abaikan.


11. Kemudian cek data di bawahnya, seperti biasa kita juga diminta mengisi nama orang yang dihibungi dalam kondisi darurat.

12. Pilih tempat pengambilan ARC, pilih yang paling deket. 


13. Send


14. Tunggu sehari, kita akan mendapatkan email balasan untuk diminta melakukan pembayaran. Saya melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit keluaran Taiwan (atm post bank). Caranya:
a. Pada menu pilihan, pilih kartu kredit keluaran Taiwan
b. Masukan 16 angka di kartu (kartu depan)
c. Masukan expired date (kartu depan)
d. Masukan 3 angka (kartu belakang)
e. Ok.

f. Receipth langsung bisa di download di menu download dengan memasukan nomer pendaftaran (cek di email) dan tanggal hari pembayaran.

g. Print receipth ini dan langsung ke nomer 16 


Ada banyak pilihan, kita bisa juga membayar lewat sevel, namun kita harus menunggu 2-3 hari prosesnya. Jadi, kalau melalui sevel akan lebih lama 2-3 hari untuk keluar receipth.

15. Tunggu sehari, kita akan dapat email balasan dengan lampiran receipth, kemudian print receipth tersebut


16. 3 hari kemudian, kita dapat ke imigrasi dengan membawa receipth dan ARC lama untuk menukar dengan ARC baru.

17. Selesai


Catatan
1. Jika ada dokumen atau foto kita yang kurang pas, maka kita akan dikirimi email supaya melengkapi dokumen.


Ingat: cek catatan dari imigrasi, ada di atas sendiri warna merah dalam bahasa China. Gunakan translate untuk mengetahui apa artinya dan upload ulang


2. Kembali ke nomer 13


3. Aplikasi ini hanya untuk mahasiswa, keluarga kita yang ikut dengan kita ke Taiwan tidak bisa perpanjang online, mereka harus langsung ke kantor imigrasi


4. Bagi anda yang lagi di Indonesia, anda bisa melakukan perpanjang ARC ini dengan sarat


a. ARC dan student ID anda harus dikirim ke teman yang di Taiwan

b. Teman anda bersedia memintakan stempel copy bolak balik student ID (menunjukan student ID asli) atau mengeprinkan enrollment certificate

c.  Temen anda bersedia mengambilkan ke imigrasi.

d. Tulisan ini berdasar pengalaman saya mengurus perpanjang online ARC pada akhir Juli 2020.

Semoga bermanfaat, jika ada pertanyaan bisa komentar atau email jika ingin fast responce.

Terimakasih

Sabtu, 25 Juli 2020

Anak

Mendidik anak seperti mendidik diri kita sendiri, karena anak-anak adalah cermin diri kita. Itulah kesimpulan setelah membaca catatan kulwat yang dikirim istri saya ke saya.

''Biar satu suhu, sama-sama belajar mengasuh anak yg benar,'' tulis istri saya di WA setelah membagi hasil kulwat bersama ust Fauzil adhim.

Berikut saya copy paste, tanya jawab kulwat setelah materi, kiriman istri saya di WA.

***
Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu anak?

Dengarkan kedua pihak secara adil. Jangan tergesa-gesa menilai. Catat bila perlu hal-hal penting dan jaga suasana.

Berikan kesempatan yang sama bagi kedua pihak yang bertengkar. Jangan gegabah menyimpulkan. Tahan diri untuk tidak memberikan nasehat. Lebih baik meminta anak untuk menjelaskan lebih jauh. Berikan umpan balik dengan menanyakan hal-hal penting yang dengan itu anak harus menyampaikan alasan secara jujur.

Dalam hal anak mengamuk sendiri sehingga merusakkan barang misalnya, sesudah reda emosinya dapat kita ajak berbicara dan melihat akibat emosi tak terkendali. Ini semua kita sampaikan dengan rifq dan hilm. Lembut yang disertai keramahan dan lembut yang beriring ketenangan dan kesabaran.

Pertanyaan 1 S dari Surabaya.
Saya mempunyai 3 anak laki laki, 2 umur 10 tahun dan 1 umur 7 tahun.

Anak anak saya terkadang bertengkar diawali saling mengejek, kemudian saling berteriak dan pada akhirnya saling menyerang secara fisik. 

Yang jadi pertanyaan saya wajarkah pertengkaran anak sampai menyerang secara fisik, sampai umur berapa anak tidak bertengkar atau bila sudah dewasa apakah bisa berubah cara bertengkar tsbt
Pertanyaan 2  saya ibu dg tiga anak, anak pertama usia 4thn 3bln, anak kedua kembar usia 34bln, semua anak saya laki laki, yang saya tanyakan anak saya kadang akur dan kadang suka bertengkar, kadang hal sepele bisa jd bahan pertengkaran... Mainan yg tadinya tidak ada yg pegang saat salah satu memegang mainan itu, kadang bisa jd rebutan kadang pula mereka bisa saling berbagi satu sama lain. Apakah ada hal yg salah dr cara mendidik anak anak? Terima kasih Oh iya saya menjaga anak anak sendiri, karena suami saya kerjanya di luar kota

Pertanyaan 3  D asal Ponorogo.
Saat anak2 bertengkar dan marah dan tidak ada yg mau mengalah biasanya krn sedang lelah dg pekerjaan rumah yg belum selesai, sy ikut terbawa emosi, Ust. Bgmn agar kami bisa lbh menahan diri, dan bgmn sikap terbaik menghadapi anak yg sdg sama2 ngeyel? 

Pertanyaan 4 K depok

Pertanyaan :
Apa penyebab seseorang bisa menjadi pribadi yg selalu iri, hingga terbawa hingga Tua?

- apakah karena dulu masa kecilnya tdk terpenuhi kasih sayang nya?
- apakah perlakuan tdk adil ortu pada dirinya, jaman dia Masih kecil?
- Apakah karena kecemburuan yg tdk bertepi (maksudnya, dia Minta ini itu tdk langsung bahkan lama diberi, sedangkan saudaranya yg lain langsung diberi)

Ini terjadi pada seorang nenek usia 60thn an, apapun Dan siapaoun yg memiliki apapun tdk lepas dari "amuk" ke-iri-an nya.

Kami hanya tdk ingin pengasuhan Kami ada cacat (misal sikap tdk adil pd anak), hingga menghasilkan pribadi mereka di kemudian Hari, membuat merek berkepribadian "demikian".

Apakah hal ini bisa diobati? Sedangkan ybs tdk melihat hal tsb sebagai masalah.

Pertanyaan 5. 1. Anak banyak belajar dr orang tua. Bagaimana caranya ketika kita komunikasi dg suami/Istri itu kadang spontanitas bersikukuh dg pemikiran masing2. Krn blm saling memahami yg terkadang itu suami istri merasa biasa tp kalau dilihat anak2 itu terlihat kayak sprti org yg bertengkar.

Pertanyaan 1:

Mengejek merupakan bentuk ketidakmampuan mengendalikan emosi. Ini dapat terjadi karena anak tidak memperoleh pengalaman yang mencukupi tentang bagaimana menyelesaikan masalah, tidak terbiasa pula menyampaikan alasannya ketika melakukan sesuatu atau memilih sesuatu. Anak tidak memperoleh pengalaman menerima pendapat orang lain, misalnya karena orangtua cenderung tergesa-gesa menasehati ketika anak ada “masalah”.

Menyerang secara fisik merupakan tingkatan berikutnya. Jika anak mudah melakukan penyerangan fisik, ini sudah cukup bagi orangtua untuk segera melakukan intervensi. Segera, bukan tergesa-gesa. Orangtua memperbaiki komunikasi dengan anak. Ketika anak bertengkar, orangtua segera menengahi, tetapi bukan menghentikan pertengkaran tiba-tiba. Menengahi itu artinya mendudukkan masalah dengan baik sehingga akhirnya pertengkaran terhenti.

Apakah akan berhenti dengan sendirinya jika dewasa? Tidak ada jaminan. Banyak permusuhan antara saudara, bahkan setelah mereka beranak-pinak, bermula dari ketidakmampuan menghadapi konflik serta mengendalikan emosi pada saat masih kanak-kanak.

Artinya, bertambahnya umur tidak secara otomatis menjadikan orang mampu semakin matang dalam menyelesaikan masalah.

Pertanyaan 2

Yang saya maksud kerap saya jumpai adalah, umum terjadi di berbagai tempat maupun dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Berebut mainan ini merupakan proses dimana orangtua perlu belajar untuk menegakkan aturan kepada anak dan bersikap adil kepada mereka. Umum terjadi bukan berarti hal yang patut dibiarkan karena ini dapat berlanjut di masa-masa berikutnya dalam bentuk berbeda.

Pertanyaan 3:

Salah satu tantangan saat kita sedang menghadapi anak, semisal ketika anak marah tak terkendali, mengamuk, merengek atau menangis keras secara demonstratif adalah bagaimana menjaga ucapan maupun tindakan kita agar tetap tenang. Jangan sebaliknya, tak kuat menghadapi kemarahan anak, kita justru marah meledak-ledak melebihi anak. Tak mampu menghadapi anak yang mengamuk, malah anak lain yang terkena getahnya karena kita amuk mereka. Tak sanggup menghadapi anak yang merengek, kita pun akhirnya merengek kepada anak; merayu-rayu, menawarkan imbalan, melakukan negosiasi yang berakibat anak merasa mendapatkan hadiah dari tindakannya merengek.

Lalu apa yang kita perlukan di saat seperti itu? Al-hilm. Kelembutan. Bagaimana bentuknya? Berusahalah tetap tenang, kendalikan nada suara agar berbicara dengan intonasi normal, tawajjuh (hadapkan wajah kita ke wajah anak) dengan tenang seraya menyampaikan pesan-pesan kepada mereka. Jika anak itu mengamuk, kita sampaikan apa yang perlu dia lakukan, apa keburukan dari mengamuk serta konsekuensi dari perbuatan semacam itu. Sampaikan dengan intonasi yang tenang dan pilihan kata yang baik, sehingga anak menangkap alasan yang jernih dari kita.

Cara ini belum manjur? Dekatkan lagi anak itu kepada kita. Jika ia tak mau mendekat, kitalah yang mendekat. Khusus yang disebut terakhir ini, kendala terbesarnya adalah ego. Maka perlu kebesaran jiwa untuk melakukannya. Al-hilmu (الحلم) memang memerlukan dua hal penting, yakni keluasan pikiran dan kebesaran jiwa. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan sesaat, berat sekali rasanya untuk melonggarkan hati. Lebih berat lagi mengucapkan terima kasih tatkala anak telah melakukan perbaikan, sesudah ia melakukan kesalahan.

Anak belajar mengalah dari kita. Belajar tenang juga dari kita. Jika kita meminta anak untuk mengalah, sementara masalahnya belum diurai, apalagi dengan cara memarahi atau mendesak mereka untuk mengalah, anak-anak juga akan belajar untuk tidak mengalah.
***

Pulang (Taiwan ke Indonesia pada Juli 2020)

Penulis: Tatas

Pulang, Alhamdulillah kata itu akhirnya terputuskan sudah. Setelah sempat memutuskan untuk memilih pulang pada awal akhir Januari 2021. Tapi, dari sekian banyak pertimbangan seperti lama waktu libur, kondisi pandemi di Indonesia, keluarga, diri sendiri dan yang penting Professor. Akhirnya summer 2020, saya memutuskan pulang dahulu setelah enam bulan tinggal di Tainan. 

Pulang sejenak untuk melihat langit malam di Indonesia. Makhlum, salah satu hobi saya sejak kecil adalah melihat langit malam, selalu melihat ke selatan mencari-cari bintang ikan pari atau juga di sebut bintang selatan yang dijadikan sebagai navigasi jika berlayar malam hari atau pas tersesat, atau menikmati Venus yang selalu menyapa di pagi hari setelah shalat subuh. Selepas shalat subuh, tengadahkan ke atas cari satu bintang kejora paling terang, dialah Venus. Atau, bintang yang kemerah-merahan, jarang kelihatan jelas, yang berwarna kemerahan, dialah Mars.

Bulan dan Venus saat fajar menyingsing di Tainan

Saat ini, keberadaan bintang bisa kita lihat posisinya dengan aplikasi Stellarium. Akan tahu bahwa di Bulan Juli Saturnus dan Jupiter senantiasa berdekatan dan berkawan, Saturnus dengan cincinya yang indah bahkan bisa terlihat juga satelit yang mengelilinginya, Andromeda sekarang ada di mana, bahkan tahu mitologi Yunani bagaimana mereka menghubungkan gugusan bintang menjadi bentuk. Eh, ini kan mau pulang Indonesia, kan gak perlu lewat Venus atau Mars 😊.

Saat pulang pilihan pesawat hanya ada tiga, Cathay transit Hongkong, Eva Air atau China Airlines (CI) yang TPE – CGK direct flight. Saya dibantu Mas Annas, badannya tinggi, suka menolong, mahasiswa PhD di NCKU dan seorang entrepreneur, ia membantu pemilihan dan pemesanan tiket. Ternyata ketiga maskapai hanya terbang seminggu sekali. Meski lebih mahal 3000 NT dibanding Cathay, saya akhirnya memilih pakai CI dengan pertimbangan: direct flight, kalau situasi non pandemi saya ingin lihat Bandara HK dengan pakai Cathay 😊, dan CI tiba di CGK jam 1 siang jadi bisa lanjut Surabaya, kalau Cathay malam jam 10 jadi kemungkinan lanjut pesawat esoknya. Okay, pakai kartu kredit (CC) Mas Annas, terbayar sudah, deal booking tanggal 23 Juli.

Jelang 23 Juli jalan-jalan dulu ke Taitung untuk melihat balon udara, pertama dalam hidup. Dengan didriveri Pak Faaris, Mahasiswa PhD yang menghabiskan studi sarjana dan masternya di Eropa, berangkatlah ke Taitung. Awalnya pesimis ikut karena kesibukan Lab, tapi karena teman-teman terbaik ini sabar menunggu akhirnya berangkat juga 😊 setelah saya canceled gabung perjalanan sebelumnya ke Taiwan Utara. Selama perjalanan sempat juga saya nyetir, steer kiri pertama dalam hidup, dan BISA. Semangat jadi membara untuk mengurus SIM internasional di Jakarta. Gampang prosedur bikin SIM internasional, hanya kalau jalan-jalan yang sulit dapat SIP, Surat Izin Professor, hehehe.

Festival Balon Udara di Taitung

Jam menunjukkan pukul 23 malam, ditemani Afif, mahasiswa Master NCKU dan roommate, menuju ke Tainan Bus Station, yang hanya butuh 20 menit berjalan santai. Di bus station sudah ada Rizki, Master di NCKU – seorang Presiden di Moslem Students Association yang mengaku dari Kaltim Timur hehehe.

Pesan tiket ke Airport seharga 450 NT dan dapat dua tiket yaitu Tainan – Zhong Li dan Zong Li – TPE. Harus oper bus karena Ubus ini bertujuan akhir di Taipe Kota. Naik Ubus ingat waktu hidup di Dresden beberapa minggu, ke kota-kota sekitar di Praha dan Basel. Sama-sama bernama Ubus dan sama-sama berwarna hijau 😊. Ubus hanya sekali mampir di Taichung dan jangan lupa bawa bekal siapa tahu malam-malam lapar, dan saya lapar waktu itu akhirnya hadiah garlic bread, demikian Mas Rizki menyebutnya dapat menahan rasa lapar malam hari 😊. Berangkat jam 23.30 sampai di Zhong Li 3 dini hari trus nunggu bus ke Airport. Mereka paham airport jadi tak perlu takut kesasar. Tak butuh waktu lama menunggu 30 menit kemudian menuju airport dan cepat sampai dan ingat CI ada di Terminal 1.

Tiket Ubus untuk tujuan Terminal 1 Bandara Taoyuan transit di Zheng Li dan Garlic Bread

Situasi pandemi, terminal 1 sepi sekali, ternyata check in gate buka 5.40 LT untuk Jakarta ada di nomor 10. Shalat subuh di sudut bandara, karena seingat saya muhola di TPE ada setelah check in, menuju ke waiting room. Serta buka bekal sarapan yang saya bawa dari Tainan. Ntah, pagi itu ada atau tidak toko atau sevel yang sudah buka. Biasanya saya semangat keliling-keliling sambil menunggu waktu, kemarin itu kok memilih hanya duduk, sesekali berbaring di kursi meluruskan tulang-tulang yang sudah melewati masa 40 tahun masehi.

Okay 5.40 LT saya menuju check in counter, sengaja tak check in online dulu, untuk menikmati percakapan dengan petugasnya 😊. Dan eng ing eng, saya diminta menunjukkan CC karena melakukan pembayaran lewat CC. Ah, tentunya saya gak bisa karena pakai CC Mas Annas yang saat itu sudah ada di Indonesia dipingit di sebuah kamar di sudut Kota Malang. Ya, Mas Annas yang pintar masak ini akan menikah awal Agustus. Mendapatkan wanita shalihah dari ujung utara Taiwan, bukan orang Taiwan, tapi lulusan ITS yang sekolah di NCU. Wah urusan CC bisa sampai NCU hehehe.

Ternyata ada aturan, bahwa kalau pakai CC maka harus dibawa dan ditunjukkan ke counter sebagai bukti bahwa kita sudah beli tiket, oh. Terus Mbaknya Counter bilang: kalau mau terbang hari ini maka harus beli tiket lagi, kami akan beri harga sesuai pembelian sebelumnya. Dan harus bawa fisik CCnya tak boleh difoto. O. O. Dengan senyum akhirnya beli tiket dengan ATM Visa dari Post Bank, lengkap saya sebut 😊, karena uang cash tak sampai sejumlah tiket yang harganya hampir 13 ribu enti itu.

Alhamdulillah dapat tiket deh. Balik lagi ke counter, proses check in. Dan saya bilang bahwa saya sudah pesan moslem meal di sistem. Dan ternyat tak ter-record hehehe. Embaknya sih bilang harus 72 jam sebelumnya dan saya yakin sudah approved untuk moslem meal. Ya sudahlah, akhirnya saya minta vegetarian meal, Mbaknya bilang sudah disampaikan tapi tidak janji ada karena ya itu tadi pemesanan harus 72 jam sebelumnya. Dan ditawari tempat duduk isle, okay, posisi favorit saya.

Masuk ke imigrasi, tak ada sesuatu yang istimewa, biasa saja. Hanya sepi antrian. Masuk ruang tunggu hanya diperiksa suhu tubuh tidak lebih dari itu. Proses boarding berjalan alhamdulillah CI671 ternyata penuh penumpang, hampir semua pemegang passport Indonesia, PMI. Dan sebelah saya kosong. Nonton Home Coming tak bisa menikmati, karena tidur. Aaaaah, nikmat rasanya tidur, setelah berkutat sekian lama, sepertinya agak lupa rasanya tidur waktu dhuha dan siang 😊. Capeknya bukan karna proses boarding, tapi seperti melepas beban sekian lama, mikir pulang, akhirnya bisa: PULANG.

Oh iya, saya berbekal tes PCR dari NCKU Hospital dengan harapan sampai tiba di CGK bisa lebih lancar untuk keluar dari Bandara. Tapi kan karena takut situasi tak pasti maka saya belum book tiket CGK-SUB. Nanti saja setelah keluar imigrasi, pikir saya begitu. Untuk tes PCR ke NCKU Hospital kita bawa tiket dan passport yaaaa 10 hari sebelumnya lah. Ntar petugas akan menentukan jadwal tes PCR dan pengambilannya berdasarkan tiket keberangkatan pesawat. Hasil PCR disetting diambil H-1. Sehingga tes PCR H-3. Nah, biaya 5000 NT silakan dibawa saat H-3 tersebut, dan ingat harus rileks saat PCR test.

Dokumen lain yang saya siapkan yaitu dokumen perjalanan dari KDEI. Cukup email mereka dengan melampirkan: scan passport, ARC, Student Card dan KTP serta alasan ke Indonesia maka selama waktu 3 hari kerja akan dikirim kembali via email hasilnya, sehingga tak butuh usaha yang lebih.

Landing, tiba di Soeta. Keluar dari garbarata, maka rombongan dipisah jadi dua jalur, jalur tak bawa PCR test dan jalur bawa PCR Test, anak-anak dan ibunya, ibu hamil. Saya ikut jalur bawa PCR test. Setelah itu, saya tidak tahu bagaimana jalur yang tidak bawa PCR Test, jadi mikir seperti film-film yang rombongan terpisah terus tak tahu mereka dibawa kemana, hehehe.

Dengar-dengar, dari dunia maya. Mereka akan di PCR test dulu: ada banyak model PCR cepat bayar sekitar 2 jutaan rupiah, dalam sehari selesai, trus atau jalur lain gratis ke wisma atlit butuh waktu sekitar 5 harian sampai PCR test jadi, atau mau nginap di hotel yang ditunjuk. Nah hotel ini berbayar sendiri. Semoga informasi ini masih benar.

Oh iya, selama di pesawat akan diberi 3 lembar kertas: satu untuk deklarasi barang bawaan kita seperti biasanya dari bea cukai, kertas putih dan kuning untuk menceritakan riwayat bepergian kita serta kondisi kesehatan tubuh. Yang bawa PCR test tidak terlalu banyak, dan sebelumnya juga ada penerbangan baru yang landing, tapi ini juga tak butuh waktu lama untuk antri penyerahan dokumen tadi.

Setelah mengisi kertas putih dan merah yang diperoleh di pesawat, saat antri kita diminta mengisi data Health Clearance dari Kemenkes. Kemudian, petugas akan memeriksa kondisi tubuh kita meliputi temperatur, saturation, dan pulse. Yang di dalamnya ada pernyataan bahwa kita diizinkan untuk masuk ke Indonesia dan melakukan proses karantina selama 14 hari.

Health Clearance

Kemudian, setelah mendapatkan persetujuan Health Clearance, menuju ke imigrasi. Imigrasi Indonesia memang lebih ramah 😊 mereka mau menjawab sapaan. Sedangkan di negara-negara lain selalu pasang tampang serem dan tak menjawab sapaan. Beres tak ada antrian. Trus ke ambil bagasi dan ke beacukai. Karena taka da yang perlu dideklarasikan, maka pilih jalur hijau. Saya hanya melenggang sendiri. Menyerahkan dokumen deklarasi bawaan. Dan, selesai. Tanpa ada pemeriksaan bagasi. Trus keluar ada antrian, ternyata sebelum pintu keluar ada penjualan tiket pesawat, saya diperiksa anggota TNI berseragam doreng hijau dan ramah. Bapak TNI ini mengecek Health Clearance saya, setelah okay selesai. saya ditanya tujuan ke Sidoarjo naik apa, saya jawab pesawat. Sudah pesan? Saya jawab belum. Sebenarnya saya diarahkan ke counter tiket itu tadi, tapi saya jawab saya mau pesan lewat traveloka.

Saya keluar dari prosedur bandara. Ada mushola. Shalat jama’ qoshor. Oh iya, waktu di Tainan, saya sudah beli pulsa SIM dan paket data. Kata Mas Annas, sulit cari Wi Fi waktu di mendarat seminggu sebelumnya. Malam sih, waktu itu, apakah mungkin Wi Fi dimatikan atau bagaimana, saya tidak tahu. Jadi saya aman, karena sudah mengaktifkan paket data lokal. Jadi perkiraan saya butuh sekitar 45 menit untuk keluar dari prosedur bandara internasional di Terminal 3.

Nah selanjutnya, setelah shalat berburu tiket. Jegreeeeng. Traveloka dan tiket.com tak jual tiket hari H. Akhirnya berburu di website maskapai, masuk ke Garuda karena yang ada di Terminal 3 kan Garuda. Gak nemu penerbangan. Akhirnya cari Citilink, ada penerbangan jam 16 dan saat itu sudah pukul 14 dan ternyata batas waktu pembayaran jam 15. Wah harus segera cari ATM karena token saya tertinggal di Taiwan. Arah ATM adalah menuju ke terminal pemberakatan, jadi kalau dari terminal kedatangan belok kiri luruuuuus di ujung dan masuk. Ternyata di situ berderat kantor cabang beberapa bank, termasuk BNI.

Pas ambil uang rupiah di ATM BNI, di sebelah saya ada yang ngisi ATM dan Pak Sekuriti BNI, mereka ngobrol. Dan, saya dengar dari obrolan mereka bahwa Citilik per hari itu, 23 Juli pindah di Terminal 3. Saya yang waktu itu sudah kehilangan harapan karena gak bisa bayar via ATM booking citilink jadi bersemangat. Saya pastikan ke Pak Sekuriti BNI, dan benar per 23 Juli hari itu Citilink pindah di Terminal 3. Saya semangat kembali. Saya menyampaikan keluhan saya karena tak bisa bayar tiket karena tak dikirimi prosedur pembayaran. Trus diarahkan ke CS. Saya sampaikan keluhan. CS tak bisa membantu karena statusnya memang saya belum melakukan transaksi pembayaran. Kemudian saya diminta ke CS Citilink. Ternyata CS citilink di lantai atas di mana harus masuk ruang X-ray dulu. Padahal saya belum punya tiket.

Alhamdulillah, ternyata hanya pemeriksaan x-ray bukan pemeriksaan tiket. Akhirnya bisa masuk dan menuju ke lantai atas. Canggih. Lift taka da tombol yang ditekan, angkasa pura 2 telah melakukan perubahan teknologi, bukan pencetan tapi injakan. Sempat bingung juga nyari tombol pencetan di mana 😊.
Injakan di lift dan jarak aman di garbarata

Sisa waktu s.d. jam 15 hampir habis dan saya mempercepat troli mencari counter Citilink. Alhamdulillah dapat, dan memang terdaftar. Tapi tidak dikirimi prosedur bayar karena sudah mepet waktu 😊. Okay lah. Akhirnya bayar tunai di counter Citilink. Harga tiket 800 ribu, kembali dua ribuan. Masih murah menurut saya. Apa lagi mepet dan dapat bagasi 20 kg. Bagasi saya hanya 16 kg. Koper besar full tapi hanya seberat 16 kg. Isinya full, full mainan dari plastik, makanya ringan. Oh iya, sebagian besar mainan plastik ini saya beli di toko second. Dekat Halte Health Bureau di Tainan. Bisa naik Bus 6 arah Rende dari Shengli kalau dari dekat kampus. Saya waktu itu naik motor. Murah dan masih baru menurut saya. Juga banyak barang-barang antik lainnya. Bintang 5 deh.

Saat beli tiket tadi, saya tunjukkan bahwa saya sudah dapat Health Clearance dari pihak bandara. Trus setelah itu check in. Saya lupa pesan makanan untuk di pesawat. Ya sudah nanti di pesawat saja. Biasanya ada. Sebelum masuk x-ray kedua menuju waiting room diperiksa dokumen Health Clearance kembali.

Penerbangan jam 16 boarding, dan pesawat benar-benar take off sekitar 20 menit kemudian. Dalam pesawat kursi tengah dikosongi, sebagai adaptasi pada masa Covid. di bandara dan pesawat semua mengenakan masker malah ada yang menggunakan face shield. Bagus. Hanya beberapa masih saya lihat mereka masih menyentuh bagian muka dekat hidung, dan mata. Ini tak boleh. Juga ada yang masih menyentuh masker bagian luar. Ini juga tak boleh. Jadi walau pakai APD pastikan tak menyentuh bagian wajah sebelum cuci tangan dengan disinfektan.

Penerbangan sore, hanya butuh sejam sedikit untuk landing. Tak terasa apalagi saya bisa tidur. Sayang ternyata di pesawat makanan tak tersedia. Beli minuman uang 100 ribuan, gak ada kembalia. Jadi gak jadi beli 😊.

Selesai di domestic flight mendarat di Runway Juanda. Setelah belok melalui taxi way, lampu mulai dinyakalan kembali diiringi pantun indah dari awak kabin yang selalu berhasil membuat saya tersenyum. Salut Citilink atas konsistensi ketepatan waktu dan pantun-pantun yang membuat senyum. Akhirnya SQ bersandar di apron. Melalui garbarata, menuju ke terminal. Terminal T1 sepi, saya lebih suka menyebut utara. Selain senyap juga ada renovasi ruangan.

Sesampainya di Bandara Juanda, dan ambil bagasi, sebelum keluar kita harus mengisi electronic Health Alert Card (eHAC) yang bisa diunduh di playstore. Atau bisa juga mengisi secara manual di kertas kuning yang telah disediakan pihak Bandara Juanda.

Sesampai di rumah, istri saya berkonsultasi dengan tenaga medis dari puskesmas, apakah memang perlu melakukan self-quarantine, berdasarkan aturan sudah tidak perlu selama ada PCR negatif. Saya menyampaikan dokumen perjalanan dari KDEI, Health Clearance dari Bandara dan PCR Test dari NCKU ke RT juga. Dan disampaikan oleh Ketua RT tidak perlu karantina mandiri. Alhamdulillah. Tapi tetap waspada dan hindari kemana-mana.

Senin, 20 Juli 2020

Taitung

Balon Taitung

Pertama, untuk bisa mengembang dan terbang, balon harus di panaskan. Untuk apa?

Membuat density/masa jenis udara di dalam balon lebih rendah dari udara di luar balon. Sehingga balon tertekan ke atas oleh udara sekitar, sampai density dalam dan luar balon sama.

Hikmahnya, kadang2 kita perlu merendah (merendahkan density dalam hati kita, rendah hati), untuk naik ke atas (derajat kita). Wallahua'alam.

Kedua, kata pak Huda, parade balon raksasa seperti ini hanya ada di 3 negara, Taiwan, Jerman dan Turki.

Itupun hanya ada ketika musim panas. Di Taiwan, festifal balon diadakan di Taitung, daerah pegunungan di wilayah Timur Taiwan, tahun ini diadakan mulai 11 Juli sampai 30 Agustus.

Jam paradenya hanya di jam-jam tertentu, pagi jam 05.30 sampai 07.00 dan sore sekitar jam 14.00 ampai 18.30.


Kami melihat parade balon pagi hari, sampai di tempat jam 2 pagi, dan ternyata sudah mulai ramai pengunjung. Pukul 4 pagi lokasi sudah hampir penuh, karena untuk memilih spot foto atau view yang bagus harus datang lebih awal.

Hikmahnya, jika kita rela berpagi-pagi untuk mendapat spot yang bagus parade balon atau kita yang pencinta bola, rela mempersiapkan tidur lebih awal supaya tengah malam bisa nonton bola, karena kita semangat, senang dan tujuan kita jelas ingin nonton bola tim kesayangan kita atau mendapat spot yang bagus untuk menghasilkan foto yang instagramable.

Sama halnya kita yang sering telat bangun shubuh atau tidak sempat tahajud, karena kita mungkin kurang semangat, kurang suka atau kurang tahu mengapa harus sholat shubuh dan tahajud. Mungkin kita perlu memahami dan memasukan ke dalam hati kita yang terdalam hadist ini,

"Barang siapa yang shalat isya berjamaah, maka seolah-olah dia telat shalat selama separuh malam. Dan barang siapa yang shalat Shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya." (HR Muslim)

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shala Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

atau ayat tentang tahajud,

"Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu.... " (Al Israa:79)

Dan perkataan Hasan Al Basri, Seorang Ulama kharismatik kota Basrah,

"Karena mereka senantiasa bercengkerama dengan Allah swt di kegelapam malam, maka Allah pun memberikan kepada mereka cahaya dari cahaya-Nya"

Wallahua'alam.

Ikan (Museum Biologi dan Laut)

Seperti kata P Tatas, hikmah pertama adalah jangan kuatir dengan rizki kita. Lihatlah ikan yg banyak itu semua, tidak ada yg kekurangan makanan. Bahkan, ada yg tdak perlu mencari makan, makanan datang sendiri. Rizki sudah dijamin jangan kuatir., namun ada hal yg perlu kita kuatirkan. Yg belum di jamin. Apa itu? Surga/ neraka, tulis Salim A filah dalam bukunya lapis2 keberkahan.

Kata pak huda, kasian ikannya dikurung. Namun kata p.tatas, lebih baik daripada dipancing. Nyindir pak huda yg sudah bawa pancing.

Namun perlu kita ketahui, sebenernya semua yg diciptakan di bumi ini diserahkan Allah kepada manusia, untuk dikelola dan mendukung kelangsungan hidup manusia, lihat al baqoroh ayat 29.

Jadi bersukurkah kita, manusia. Bisa menjadikan ikan makanan, hiburan ataupun dipelihara. Karena sunnatullahnya seperti itu 

Kalau kata P Faaris, bersukur selain wujud sukur, juga sebagai pembatas keinginan manusia yang tak terbatas, kalau di kasih mobil satu, ingin dua, punya dua, pingin pinya showroomnya. Begitulah tabiat manusia. Namun bersyukurlah, itu salah satu cara mengerem keinginan atau nafsu kita.

Wallahu'alam.



Vidio dibuat oleh Zainul