Kamis, 16 Juni 2011

Kangen !!!


Ia  bernama Abdul khamid, warga asli Pujon, salah satu kecamatan di Kabupaten Malang. Kesehariannya bekerja sebagai tukang potong rambut di salah satu stan buatan di sudut pasar baru Pujon. Ketika menikah 10 tahun lalu, ia berumur 30 tahun, tergolong telat untuk ukuran pemuda desa sepertinya.

 

Satu tahun ia menikah, ternyata ia belum dikarunia anak. Ia dan istrinya pergi ke dokter untuk memeriksakan kesuburan dia dan istrinya. Pak Khamid dikatakan subur, namun dokter yang memeriksa istrinya mengatakan, saluran tubavalopi sang istri yang befungsi sebagai jalan sel sperma ke indung sel telur tidak berfungsi. Si dokter menvonis bahwa hampir tidak mungkin pasangan ini mempunyai anak.

Ternyata, vonis dokter tidak membuat pak Khamid putus asa atau berpikir untuk menikah lagi. Selain karena cintanya ke istri, pak Khamid merasa belum memberikan usaha optimal. Beliau berusaha kesana kemari untuk berobat, mulai dukun, minta doa orang alim, bahkan berbagai saran yang diberikan keluarganya seperti minum obat ini, obat itu ia dilakukan. Namun, istrinya tetap tidak hamil.

Sampai suatu saat, pak Khalid ke Surabaya bersama sang istri. Ia bertemu dengan seorang saptam sebuah pabrik di Surabaya. Ia bercengkrama dengan saptam tersebut, satpam menceritakan mengenai keluarganya yang mempunyai nasib sama seperti keluarga pak Khamid. Satpam tersebut mengatakan, saudaranya berdoa melalui perantara sholat malam dan puasa senin kamis. Alhasil dengan perantara ibadah tersebut, keluarga tersebut dikaruniai keturunan.

Setelah mendengar cerita tersebut, pak Khalid dan istrinya mencoba melakukan seperti yang disarankan sang satpam. Alhasil, berkat rahmat Yang Maha Kuasa, akhir tahun 2009 istrinya hamil. Dan tepat pada usia pernikahan kesepuluh sekitar bulan April 2010, Istri pak Khamid melahirkan anak lelaki pertamanya. Anak yang ia tunggu selama 10 tahun.

Memang, itu hanya satu kisah dari sekian banyak kisah pengorbanan seorang yang benar-benar ikhlas. Saya kira, dari semua manusia, tidak ada yang lebih ikhlas dari orang tua kita. Tiga tahun lalu, ketika saya hendak meninggalkan rumah untuk merantau ke kampus ini. Pesan perpisahan yang diungkapkan ibu saya bukanlah ''Cepat lulus ya lhe ndang cari duit'' atau ''Nanti kalau lulus, ndang cari kerja dimana''. Namun beliau berkata ''Jangan lupa makan lhe''.

Ada sebuah cerita menarik mengenai pohon apel yang mungkin sering kita dengar. Ada sebuah pohon apel yang hidup bersama anak lelaki yang senang bermain di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya dan tidur di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel.

Ketika besar ia meminta pohon apel memberikan buahnya untuk ditukar mainan, pohon apel memberikan dengan senang hati karena lama tidak jumpa. Namun setelah itu ia pergi. Ketika anak itu tumbuh dewasa ia kembali, pohon apel sangat senang. Kemudian, anak dewasa itu meminta dahan ranting untuk membangun rumah bersama keluarganya, pohon apel itu tetap memberikan apa yang dimintanya. Namun sang anak kembali meninggalkan dan membuat pohon apel kembali sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel bersuka cita. Namun si anak terlihat sedih dan kemudian ia meminta batang pohon untuk dibuat kapal supaya dapat berlibur. Lagi-lagi pohon apel itu memberikan dengan senang hati. Dan setelah itu anak itu berlayar dan meningglkan si pohon apel.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. ''Maaf anakku, aku sudah tak memiliki buah apel, ranting atau batang pohon lagi untukmu," kata pohon apel itu.

''Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang, aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu,'' kata anak lelaki.

''Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang,'' ujar Pohon Apel.

Anak lelaki itupun berbaring, pohon apel sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata.

Ya, itulah orang tua kita.

Jadwal hari ini: telpon orang tua (es_panas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar