Sabtu, 25 Juli 2020

Anak

Mendidik anak seperti mendidik diri kita sendiri, karena anak-anak adalah cermin diri kita. Itulah kesimpulan setelah membaca catatan kulwat yang dikirim istri saya ke saya.

''Biar satu suhu, sama-sama belajar mengasuh anak yg benar,'' tulis istri saya di WA setelah membagi hasil kulwat bersama ust Fauzil adhim.

Berikut saya copy paste, tanya jawab kulwat setelah materi, kiriman istri saya di WA.

***
Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu anak?

Dengarkan kedua pihak secara adil. Jangan tergesa-gesa menilai. Catat bila perlu hal-hal penting dan jaga suasana.

Berikan kesempatan yang sama bagi kedua pihak yang bertengkar. Jangan gegabah menyimpulkan. Tahan diri untuk tidak memberikan nasehat. Lebih baik meminta anak untuk menjelaskan lebih jauh. Berikan umpan balik dengan menanyakan hal-hal penting yang dengan itu anak harus menyampaikan alasan secara jujur.

Dalam hal anak mengamuk sendiri sehingga merusakkan barang misalnya, sesudah reda emosinya dapat kita ajak berbicara dan melihat akibat emosi tak terkendali. Ini semua kita sampaikan dengan rifq dan hilm. Lembut yang disertai keramahan dan lembut yang beriring ketenangan dan kesabaran.

Pertanyaan 1 S dari Surabaya.
Saya mempunyai 3 anak laki laki, 2 umur 10 tahun dan 1 umur 7 tahun.

Anak anak saya terkadang bertengkar diawali saling mengejek, kemudian saling berteriak dan pada akhirnya saling menyerang secara fisik. 

Yang jadi pertanyaan saya wajarkah pertengkaran anak sampai menyerang secara fisik, sampai umur berapa anak tidak bertengkar atau bila sudah dewasa apakah bisa berubah cara bertengkar tsbt
Pertanyaan 2  saya ibu dg tiga anak, anak pertama usia 4thn 3bln, anak kedua kembar usia 34bln, semua anak saya laki laki, yang saya tanyakan anak saya kadang akur dan kadang suka bertengkar, kadang hal sepele bisa jd bahan pertengkaran... Mainan yg tadinya tidak ada yg pegang saat salah satu memegang mainan itu, kadang bisa jd rebutan kadang pula mereka bisa saling berbagi satu sama lain. Apakah ada hal yg salah dr cara mendidik anak anak? Terima kasih Oh iya saya menjaga anak anak sendiri, karena suami saya kerjanya di luar kota

Pertanyaan 3  D asal Ponorogo.
Saat anak2 bertengkar dan marah dan tidak ada yg mau mengalah biasanya krn sedang lelah dg pekerjaan rumah yg belum selesai, sy ikut terbawa emosi, Ust. Bgmn agar kami bisa lbh menahan diri, dan bgmn sikap terbaik menghadapi anak yg sdg sama2 ngeyel? 

Pertanyaan 4 K depok

Pertanyaan :
Apa penyebab seseorang bisa menjadi pribadi yg selalu iri, hingga terbawa hingga Tua?

- apakah karena dulu masa kecilnya tdk terpenuhi kasih sayang nya?
- apakah perlakuan tdk adil ortu pada dirinya, jaman dia Masih kecil?
- Apakah karena kecemburuan yg tdk bertepi (maksudnya, dia Minta ini itu tdk langsung bahkan lama diberi, sedangkan saudaranya yg lain langsung diberi)

Ini terjadi pada seorang nenek usia 60thn an, apapun Dan siapaoun yg memiliki apapun tdk lepas dari "amuk" ke-iri-an nya.

Kami hanya tdk ingin pengasuhan Kami ada cacat (misal sikap tdk adil pd anak), hingga menghasilkan pribadi mereka di kemudian Hari, membuat merek berkepribadian "demikian".

Apakah hal ini bisa diobati? Sedangkan ybs tdk melihat hal tsb sebagai masalah.

Pertanyaan 5. 1. Anak banyak belajar dr orang tua. Bagaimana caranya ketika kita komunikasi dg suami/Istri itu kadang spontanitas bersikukuh dg pemikiran masing2. Krn blm saling memahami yg terkadang itu suami istri merasa biasa tp kalau dilihat anak2 itu terlihat kayak sprti org yg bertengkar.

Pertanyaan 1:

Mengejek merupakan bentuk ketidakmampuan mengendalikan emosi. Ini dapat terjadi karena anak tidak memperoleh pengalaman yang mencukupi tentang bagaimana menyelesaikan masalah, tidak terbiasa pula menyampaikan alasannya ketika melakukan sesuatu atau memilih sesuatu. Anak tidak memperoleh pengalaman menerima pendapat orang lain, misalnya karena orangtua cenderung tergesa-gesa menasehati ketika anak ada “masalah”.

Menyerang secara fisik merupakan tingkatan berikutnya. Jika anak mudah melakukan penyerangan fisik, ini sudah cukup bagi orangtua untuk segera melakukan intervensi. Segera, bukan tergesa-gesa. Orangtua memperbaiki komunikasi dengan anak. Ketika anak bertengkar, orangtua segera menengahi, tetapi bukan menghentikan pertengkaran tiba-tiba. Menengahi itu artinya mendudukkan masalah dengan baik sehingga akhirnya pertengkaran terhenti.

Apakah akan berhenti dengan sendirinya jika dewasa? Tidak ada jaminan. Banyak permusuhan antara saudara, bahkan setelah mereka beranak-pinak, bermula dari ketidakmampuan menghadapi konflik serta mengendalikan emosi pada saat masih kanak-kanak.

Artinya, bertambahnya umur tidak secara otomatis menjadikan orang mampu semakin matang dalam menyelesaikan masalah.

Pertanyaan 2

Yang saya maksud kerap saya jumpai adalah, umum terjadi di berbagai tempat maupun dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Berebut mainan ini merupakan proses dimana orangtua perlu belajar untuk menegakkan aturan kepada anak dan bersikap adil kepada mereka. Umum terjadi bukan berarti hal yang patut dibiarkan karena ini dapat berlanjut di masa-masa berikutnya dalam bentuk berbeda.

Pertanyaan 3:

Salah satu tantangan saat kita sedang menghadapi anak, semisal ketika anak marah tak terkendali, mengamuk, merengek atau menangis keras secara demonstratif adalah bagaimana menjaga ucapan maupun tindakan kita agar tetap tenang. Jangan sebaliknya, tak kuat menghadapi kemarahan anak, kita justru marah meledak-ledak melebihi anak. Tak mampu menghadapi anak yang mengamuk, malah anak lain yang terkena getahnya karena kita amuk mereka. Tak sanggup menghadapi anak yang merengek, kita pun akhirnya merengek kepada anak; merayu-rayu, menawarkan imbalan, melakukan negosiasi yang berakibat anak merasa mendapatkan hadiah dari tindakannya merengek.

Lalu apa yang kita perlukan di saat seperti itu? Al-hilm. Kelembutan. Bagaimana bentuknya? Berusahalah tetap tenang, kendalikan nada suara agar berbicara dengan intonasi normal, tawajjuh (hadapkan wajah kita ke wajah anak) dengan tenang seraya menyampaikan pesan-pesan kepada mereka. Jika anak itu mengamuk, kita sampaikan apa yang perlu dia lakukan, apa keburukan dari mengamuk serta konsekuensi dari perbuatan semacam itu. Sampaikan dengan intonasi yang tenang dan pilihan kata yang baik, sehingga anak menangkap alasan yang jernih dari kita.

Cara ini belum manjur? Dekatkan lagi anak itu kepada kita. Jika ia tak mau mendekat, kitalah yang mendekat. Khusus yang disebut terakhir ini, kendala terbesarnya adalah ego. Maka perlu kebesaran jiwa untuk melakukannya. Al-hilmu (الحلم) memang memerlukan dua hal penting, yakni keluasan pikiran dan kebesaran jiwa. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan sesaat, berat sekali rasanya untuk melonggarkan hati. Lebih berat lagi mengucapkan terima kasih tatkala anak telah melakukan perbaikan, sesudah ia melakukan kesalahan.

Anak belajar mengalah dari kita. Belajar tenang juga dari kita. Jika kita meminta anak untuk mengalah, sementara masalahnya belum diurai, apalagi dengan cara memarahi atau mendesak mereka untuk mengalah, anak-anak juga akan belajar untuk tidak mengalah.
***

1 komentar:

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)

    BalasHapus