Kamis, 20 Februari 2020

Memakai Masker Belum Tentu Aman dari Corona, Malah Bisa Bahaya

Tadi malam saya ikut kuliah online, temanya tentang Corona. Pembicara seorang dokter lulusan UI, namanya dr Wira. Saya ketemu beliau pertama kali tahun lalu, saat ada acara bersama di Kanazawa dan Tokyo. Orangnya baik, walaupun sibuk, beliau rela menemani Kami keliling Tokyo sampai malam. Saya juga baru tahu, kalau nama lengkap beliau adalah Wira Winardi, mungkin kalau disingkat jadi D3U, dokter double double U. 

Penjelasnnya enak, dr Wira banyak memberikan perumpamaan sederhana supaya kami paham. Intinya, untuk  pencegahan utama bagi kita yg sehat atau belum terindikasi adanya virus corona, adalah yang pertama, sering cuci tangan menggunakan sabun, atau jika tidak ada pakai hand sanitizer, kedua tidak sering atau malah jangan biasakan mengusap wajah dengan tangan.

Dokter asal Aceh ini menjelaskan detail kecenderungan manusia mengusap wajahnnya, berapa persen mengusab mata, hidung, pipi, mulut selama sekian waktu tertentu beliau jelaskan, sayang saya tidak mencatatnya.

Karena virus ini masuk ke tubuh kita melalui alat pernafasan atas, hidung dan mulut. Namun juga ada info riset yang mengatakan dapat juga melalui mata.

Kenapa cuci tangan, nah virus ini biasanya menempel di tangan kita, tangan kita ngusap-ngusap muka entah hidup, mulut, atau mata. Lewat situ virus masuk ke tubuh kita dan masuk paru-paru.

Dr Wira saat ini sedang mengambil pendidikan S3 di Juntendo University Tokyo Jepang, ia mengatakan bahwa virus ini hanya bisa berkembang di paru-paru. Kalau tidak salah, virus itu mempunyai kaki untuk menempel dan memperbanyak diri, tempat yang cocok bagi virus ini untuk kakinya menempel hanya di paru-paru. Oleh karena itu, yang menjadi gejala adalah yang berhubungan dengan pernafasan.

Lalu bagaimana dengan memakai masker, masker wajib bagi yang menderita. Supaya apa, ketika ia batuk, bersih, pilek. Cairan yang keluar bareng itu tidak kemana-mana, karena cairan itulah jalan virus keluar dari tubuh penderita dan kemudian menyebar. Di cairan itu ada virus coronanya.

Virus ini kalau di suhu dingin dan kering seperti di sub tropis kayak Jepang, China, Korea, Taiwan dan sekitarnya bisa bertahan sampai 5 hari setelah keluar dari tubuh penderita. Misal penderita bersin, kemudian cairan yang keluar ketika bersin menempel di pegangan-pegangan, meja, besi, kayu dan lain-lain. Kemudian kita menyentuk meja itu, di tangan kita nempel si virus, kemudian kita megang mulut dan hidung, ya wassalam.

Dr wira sebenarnya menjelaskan nama virus ini, karena ada banyak virus corona dan yang ini beda dengan virus corana sebelumnya, belum pernah ditemukan sebelumnya. Sehingga vaksinnya juga belum ada. Kata beliau, vaksin yang sedang dibuat sudah berhasil diujikan pada hewan uji, sekarang sedang diujikan ke manausia. Namun karena saya juga tidak tahu corona yang lain, saya anggap kata ‘’corona’’ itu ya virus yang saat ini terjadi. Supaya simple, terutama bagi orang awam istilah virus seperti saya.

Ada teman yang tanya, kan di China sudah banyak yang dinyatakan sembuh. Kenapa tidak dibuat vaksin dari yang seembuh itu. Dokter Wira mengungkapkan, vaksin yang dibuat dari imun seseorang tidak bisa digunakan ke orang lain, karena memiliki stuktur DNA atau RNA yang beda. Sehingga jika ingin membuat vaksin ya mengacu dari virusnya.

Lalu bagaimana dengan memakai masker. Dokter yang pernah ambil S2 di Taiwan ini menyebutkan, memakai masker malah bahaya kalau tidak paham cara menggunakannya. Pertama, masker bedah yang umum kita pakai hanya aman digunakan selama 6 jam. Kedua, kita dilarang memegang bagian depan masker, yang saringan awal, karena disana sarang kuman dari luar tersaring.

Memakai masker wajib bagi yg terindikasi, supaya tidak menularkan ke yang lain.

Saya tanya, apakah benar virus ini hanya mematikan orang yang sudah tua dan memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan paru-paru. Dr Wira menjawab, ini berhubungan dengan kekebalan tubuh atau sistem imum. Semakin tua, kekebalan tubuh semakin turun. Hal ini mungkin bisa menjadi penyebab hal itu. Demikian juga anak-anak yang rentan terhadap penyakit, karena sistem imumnya belum kuat.

Kenapa di Indonesia belum terdeteksi adanya penderita corona. Mungkin karena cuaca panas dan lembab, hal itu bisa jadi membuat penyebaran virusnya tidak cepat atau virusnya tidak bertahan lama ketika keluar tubuh manusia. Namun belum ada penelitian tentang ini. Mungkin juga virusnya sulit dapat izin masuk Indonesia, kata salah satu postingan teman di medsos. Atau orang Indo sudah memiliki antibodinya, darimana? dari micin dan mie instan, kata netizen lain.

Jika dibandingkan dengan virus SARS beberapa tahun lalu yg juga dari China, memang prosentasi kematian penderitanya banyakan SARS. Artinya, misal dari 100 persen orang menderita, yang wafat ada 10 persen, kalau corona yang sekarang dari 100 persen, yang meninggal 2 persen.

Namun,  jumlah penderitanya SARS dan corona beda jauh, banyakan corona. SARS dulu, begitu ketahuan siapa yang menderita langsung diisolasi dengan cepat, siapa siapa yang berhubungan dengan penderita, langsung ketahuan. Sehingga penyebarannya bisa ditahan. Akhirnya penderita sedikit.

Corona yang sekarang ini beda, penyebarannya cepat karena pas musim mudik, tahun baru Imlek. Kayak mudik lebaran di Indonesia. Sehingga jumlah penderitanya banyak. Walaupun prosentasenya sedikit, namun perbandingan jumlah penderita dan yang meninggal lebih banyak corona pada rentan waktu yg sama, jika dibandingkan dengan SARS.

Kemudian dibandingkan virus MERS yang pernah terjadi di timur tengah. Kalau virus MERS yang kena adalah yang makan unta karena lewat unta penyebarannya. Jadi orang Indonesia yang Haji dan Umroh kok aman-aman saja ketika itu, ya karena tidak makan daging unta. MERS ini malah 45 persen yang wafat dari 100 persebn penderita.

Dokter wira juga mengambarkan tentang inkubasi, yaitu proses pembelahan sel-sel virus corona di tubuh kita, ia bisa membelah karena ketemu tempat yang cocok tadi, di paru-paru. Ketika sel kita membelah, ia numpang membelah juga. Dr Wira mengilustrasikan dengan perang, ketika perang yang nyerang pertama angkatan udara dulu supaya membuka jalan bagi angkatan darat, melebarkan gang yang sempit dan membuka jalan baru.

Sama dengan tubuh kita, ketika virus mulai berkembang di paru-paru. Imun tubuh kita mengeluarkan sebuah zat, saya lupa namanya, itu berfungsi seperti angkatan udara. Angkatan daratnya, antibodi tubuh kita yang melawan virus. Namun zat ini membawa efek buruk juga, yang gejalanya, gangguan pernafasan itu, sulit nafas dan kekurangan oksigen, karena oksigen dalam darah tidak bisa bertukar dengan yang baru. Yang kita hirup tidak bisa digunakan dalam tubuh, karena ada sesuatu yang bocor akibat zat itu.

Beliau juga menjawab tentang dokter di Surabaya yang konon menemukan obat/ vaksin virus corona,  yaitu rempah-rempah. Namun beliau punya pendapat berbeda,  karena rempah-rempah itu fungsinya menghambat kerja zat tadi, supaya angkatan udaranya tidak kerja berlebihan. Bukan melawan virus corona.

 
Dokter Wira (memakai kacamata)



5 komentar:

  1. Terima kasih informasinya...mudah dipahami...

    BalasHapus
  2. Bet365.com is your online gambling destination - BaJAON.NET
    Bet365.com is your online gambling destination - BaJAON.NET. 바카라사이트casinopan Discover the 벳 인포 해외 배당 흐름 latest w88 login and greatest offers. Bet365.com allows you 피망 슬롯 to earn 포커 페이스 your living

    BalasHapus